KBRT – Musim pernikahan membawa kebahagiaan bagi pasangan dan keluarga yang menggelar hajatan. Namun, keberadaan tenda yang berdiri di tengah jalan umum menuai keluhan dari para pengendara.
Rabu (11/06/2025), tenda pernikahan terpantau berdiri menutup jalan penghubung Kecamatan Pogalan dan Gandusari, tepatnya di depan Balai Desa Krandegan. Tenda tersebut menutupi sebagian besar badan jalan.
Sehingga kendaraan roda empat terpaksa menggunakan jalur alternatif memutar untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa kendaraan berat seperti truk bahkan memilih putar balik ke arah lampu lalu lintas Bendorejo.
“Terpaksa memutar lewat jalan di utara balai desa, kalau roda dua masih bisa lewat pinggir tenda,” ujar Rozikin, pengendara mobil pikap asal Desa Krandegan yang hendak mengantar pesanan galon air dan gas LPG.
Rozikin mengarahkan kendaraannya keluar melalui jalan peralihan yang ditandai dengan banner penutupan jalan. Ia harus menempuh jarak lebih jauh untuk mengirim pesanan ke daerah Bendorejo dan Ngetal.
“Jalan memutar itu juga rusak, banyak aspal terkelupas. Jadi butuh waktu sekitar 7–10 menit lebih lama karena macet dengan mobil pribadi yang juga memutar,” keluhnya.
Rozikin tidak sendiri. Ia mengantar pesanan bersama Agus, tetangganya, yang ikut membantu dalam usaha distribusi galon dan gas LPG miliknya.
“Kemarin juga habis putar balik karena ada tenda pernikahan di Desa Melis. Memang sekarang musim nikah, jadi sering terhambat tendanya,” imbuhnya.
Maraknya penyelenggaraan hajatan di Kabupaten Trenggalek beberapa hari terakhir ini memang menjadi fenomena tersendiri. Berdasarkan pantauan Kabar Trenggalek, setidaknya terdapat dua tenda hajatan yang berdiri di tengah jalan di wilayah Kecamatan Gandusari.
Meskipun hajatan merupakan tradisi masyarakat, para pengendara menilai bahwa pemasangan tenda di badan jalan umum bisa mengganggu akses publik.
“Kalau sampai full ya jelas terganggu pengendara,” kata Ega, warga Bandung, Tulungagung, saat ditemui di sekitar Desa Krandegan.
Ega menyampaikan, hambatan semakin dirasakan ketika jalan yang ditutup tidak memiliki akses tembusan lain. Meski ada jalur alternatif, waktu tempuh jadi lebih lama.
“Kalau ada tembusan tidak apa-apa, tapi kalau tidak ada itu yang repot,” ujarnya.
Senada dengan Ega, Iqbal, pengendara sepeda motor asal Tulungagung, juga mengungkapkan pendapatnya. Ia masih bisa mentoleransi jika tenda tidak sepenuhnya menutup akses jalan untuk sepeda motor.
“Kalau tidak diberi jalan sedikit ya sangat terganggu,” kata Iqbal.
Imron, warga setempat, mengaku terganggu dengan tenda hajatan yang menutup jalan. Menurutnya, jika akses yang digunakan cukup padat, seharusnya penyelenggara tidak mendirikan tenda yang menghalangi jalan umum.
“Kalau saya pribadi ya terganggu kalau nutup jalan, aktivitas jadi sedikit terganggu,” ucapnya.
Pengendara berharap warga yang ingin menggelar hajatan dapat mempertimbangkan dampaknya terhadap pengguna jalan. Mereka menyarankan agar tenda didirikan di tempat yang tidak menutup jalan umum demi keselamatan dan kenyamanan bersama.
“Harapannya semoga warga yang ingin hajatan cari tempat yang lebih dalam jika ingin pasang tenda,” tandas Ega.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Zamz