Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini

Press ESC / Click X icon to close

Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini
LoginKirim Artikel

Pedagang Pasar Trenggalek Keluhkan Dampak Program Makan Bergizi Gratis

Pedagang pasar tradisional Trenggalek mengaku penjualan menurun hingga 40 persen akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membuat pelanggan sekolah berhenti belanja.

  • 03 Nov 2025 12:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Program MBG dinilai memicu kenaikan harga sayur dan bahan pokok di pasar.
    • Warga berharap pemerintah libatkan pedagang kecil dalam pelaksanaan MBG.

    KBRT - Sejumlah pedagang di Pasar Basah Trenggalek mengeluhkan turunnya penjualan sejak Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dijalankan. Mereka menyebut, kebijakan tersebut menyebabkan pelanggan dari kalangan pedagang kaki lima dan penjual makanan sekolah berhenti berbelanja.

    Sunaryo (40), pedagang sembako dan bahan jajanan, mengaku dagangannya menurun tajam sejak program MBG bergulir. Ia mengatakan, para langganannya yang biasanya membeli bahan jajanan kini berhenti karena dagangan mereka di sekolah tidak laku.

    “Perubahan ada penurunan, masalahnya kan pelanggan saya juga pedagang kaki lima, pedagang sekolah. Jadi sejak ada MBG ini cukup berdampak. Penurunannya kalau dipersentase rata-rata 40 persen. Biasanya kulit pangsit bisa laku 8 ball, sekarang cuma 4 atau 5 ball sehari,” katanya.

    Sunaryo menuturkan, bukan hanya kulit pangsit yang terdampak. Beberapa bahan jajanan seperti tepung, roti bakar, dan saus-sausan juga ikut menurun penjualannya. Meski tidak sampai membuat usahanya berhenti, ia berharap pemerintah memberi ruang agar pedagang kecil ikut terlibat dalam penyediaan bahan MBG.

    “Kalau bisa, MBG itu juga beli dari pedagang kecil, jadi tidak merugikan kami,” ujarnya.

    Keluhan serupa datang dari Yuniarti (49), pedagang sayur dan bumbu dapur di pasar yang sama. Ia mengatakan, para pelanggannya yang biasanya berjualan di sekolah kini berhenti belanja karena tidak laku menjual makanan.

    “Pedagang kecil di sekolah itu pelanggan saya. Sekarang mereka nggak jualan lagi, jadinya saya ikut sepi. Harusnya yang beli cabai naik, malah turun,” ucapnya.

    Menurut Yuni, ada sedikitnya lima pedagang nasi yang biasa berjualan di sekolah kini tidak lagi berjualan. Ia menambahkan, permintaan besar dari dapur MBG membuat stok sayur di pasar cepat habis dan harga-harga melonjak tajam.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Tadi pagi ada yang datang minta kiriman telur 10 ton, sayur sampai berkwintal-kwintal. Harga wortel dari Rp10 ribu jadi Rp15 ribu, bahkan Rp20 ribu. Selada dari Rp15 ribu naik sampai Rp40 ribu per kilo. Timun yang dulu Rp4 ribu sekarang Rp12 ribu,” ujarnya.

    Yuni berharap pemerintah bisa menyalurkan dana MBG dalam bentuk uang kepada penerima, agar pembelian bahan pokok bisa lebih merata dan tidak menimbulkan kelangkaan di pasar.

    “Kalau bisa itu diuangkan saja, supaya stok tidak diambil satu pihak saja,” katanya.

    Suroto (55), pedagang ayam potong, juga merasakan dampak meski tidak terlalu besar. Ia menyebut penurunan penjualannya sekitar 20 hingga 25 persen karena sebagian pelanggan sekolah berhenti berjualan.

    “Kalau saya, pelanggan kebanyakan warung biasa. Tapi turunnya tetap ada, sekitar 25 persen. Sekarang omzet paling cuma 150 kilo, dulu bisa sampai 2 kwintal,” tuturnya.

    Ia menilai, pelibatan pedagang kecil dan UMKM lokal akan lebih membantu menjaga keseimbangan ekonomi di pasar.

    “MBG sebaiknya gandeng pedagang kecil juga. Kalau beli ya uangnya langsung dibayar, biar perputaran tetap hidup,” ujarnya.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz