KBRT - Dalam memperingati 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Trenggalek menyerukan penerapan isi Piagam Dasa Sila Bandung dan Trisakti Bung Karno untuk menghadapi penjajahan gaya baru.
Mereka menyoroti kebijakan "America First" Presiden Donald Trump, yang dikenal sebagai tarif Trump, sebagai pemicu perang dagang dan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
GMNI Trenggalek menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk penjajahan gaya baru yang mengancam kedaulatan, khususnya dalam sektor ekonomi nasional.
Dalam pernyataannya, GMNI Trenggalek menyoroti dampak kebijakan tersebut terhadap pelemahan nilai tukar rupiah, meningkatnya ketergantungan terhadap barang impor, serta penurunan daya beli masyarakat.
"Setelah tujuh dekade pasca Konferensi Asia-Afrika berlalu, penjajahan masih berlangsung hingga saat ini. Penjajahan itu kini muncul dengan wajah baru, seolah-olah humanis, dengan label demokrasi dan liberalisasi perdagangan," ujar Mochammad Sodiq Fauzi, Ketua GMNI Trenggalek.
Menurutnya, dalam momentum peringatan 70 tahun KAA, penting untuk kembali mengukuhkan nilai-nilai perjuangan guna menjaga kedaulatan negara-negara Asia-Afrika yang kembali terancam oleh kolonialisme berwajah baru.
"Piagam Dasa Sila dan Trisakti Bung Karno seharusnya menjadi pegangan bangsa kita untuk tidak takut menghadapi tarif Trump dan kembali melawan penindasan serta neo-kolonialisme," ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa Trisakti Bung Karno yang menekankan kedaulatan ekonomi dapat membangun kemandirian negara, memutus ketergantungan terhadap negara asing, serta membawa Indonesia keluar dari perang dagang antar blok yang sedang terjadi.
"Oleh karena itu, kami mendesak Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menolak kebijakan tarif ala Trump yang diskriminatif dan sarat akan neo-kolonialisme," tandasnya.
Selain itu, GMNI Trenggalek juga mengingatkan pemerintah pusat agar mengambil langkah tegas dalam menanggapi tarif resiprokal yang ditetapkan oleh Presiden Trump dalam kebijakan "America First", yang mereka nilai sebagai bentuk kolonialisme modern dengan dasar semangat chauvinisme atau kecintaan berlebihan terhadap negara sendiri.
"Kita sebagai bangsa besar harus berdiri di atas kaki sendiri untuk menegakkan keadilan di muka bumi dan tidak menjadi komprador asing," imbuhnya.
Dalam pernyataannya, GMNI Trenggalek juga mengimbau pemerintah pusat untuk menjalankan politik non-blok, agar Indonesia yang tengah menghadapi penurunan daya beli dan pelemahan rupiah tidak semakin terdampak oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
"Kami juga mendesak pemerintah pusat untuk melakukan politik non-kooperatif terhadap pemerintah Amerika Serikat atas kebijakan tarif resiprokal, demi menjaga kedaulatan, harkat, dan martabat bangsa," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz