Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Omzet Turun saat Bulan Suro, Pedagang Buket di Trenggalek Andalkan Momen Wisuda

  • 01 Jul 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Bulan Suro yang dikenal sebagai waktu sepi hajatan pernikahan berdampak pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), termasuk Tiara Ayu Fadila (20), pedagang buket asal Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek.

    Tiara mengaku omzet usahanya menurun setiap kali memasuki bulan Suro, meskipun pelanggan utamanya bukan berasal dari kalangan pengantin. Menurutnya, dampak tersebut tetap terasa walau tidak signifikan.

    “Di bulan lain, biasanya omzet bisa Rp1,5 juta. Tapi dalam bulan Suro hanya sekitar Rp1 juta. Biasanya bisa mengerjakan lebih dari tiga buket per hari, di bulan Suro hanya dua orderan sehari,” ujarnya.

    Tiara menjelaskan, selain karena tidak adanya pesta pernikahan, momen lain seperti Hari Valentine, Hari Guru, dan Hari Ibu yang biasanya meningkatkan permintaan buket, jarang bertepatan dengan bulan Suro.

    Namun, di tahun ini, ia merasa lebih optimistis karena momen wisuda berlangsung sebelum dan selama bulan Suro. Ia memperkirakan hal itu akan sedikit membantu penjualannya.

    “Selain momen wisuda, biasanya saat musim pernikahan dan waktu sidang skripsi juga pesanan lebih banyak,” tambahnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Usaha buket yang ia rintis sejak SMA itu berawal dari kesenangannya membuatkan buket untuk teman yang lulus sekolah. Kini, ia menerima pesanan buket mulai dari harga Rp35.000, dengan layanan kustomisasi isian dan harga sesuai permintaan pelanggan.

    Untuk menjaga penjualan di tengah turunnya permintaan, Tiara berencana membuat promosi produk yang lebih menarik dan mengikuti tren kekinian agar bisa menjangkau pasar lebih luas.

    “Saya berencana membuat produk lain seperti karangan bunga, seserahan manten, standing akrilik, hingga kreasi mahar. Tapi sampai sekarang masih terkendala modal,” katanya.

    Tiara juga mengaku mempercayai tradisi yang berkembang di masyarakat terkait pantangan bulan Suro, sebagaimana diceritakan oleh kakek neneknya.

    “Tradisi tersebut penting dari segi spiritual. Bulan Suro juga tahun baru Islam, jadi banyak acara doa bersama atau kegiatan keagamaan lainnya,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita