Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Isu Beras Oplosan Kementan Ganggu Pedagang Trenggalek, Omzet Turun 40 Persen

  • 18 Jul 2025 08:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Temuan beras oplosan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan berdampak pada sektor niaga beras di daerah, termasuk di Kabupaten Trenggalek. Sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan omzet akibat kekhawatiran konsumen terhadap kualitas beras.

    Salah satunya dirasakan Novita Dwi Anggraini, pedagang beras asal Kecamatan Watulimo. Ia mengaku sejak isu beras oplosan mencuat, omzet dagangannya anjlok hingga 40 persen dalam sebulan terakhir.

    “Penjualan di desa sangat berpengaruh terkait beras oplosan ini, gara-gara isu beras oplosan itu sangat menyusahkan rakyat kecil,” ujar Novita.

    Karena situasi tersebut, Novita memilih berhenti menyetok beras premium. Kini ia hanya menjual beras produksi sendiri yang dibelinya langsung dari pengepul penggilingan di Ngawi.

    “Omzet turun sekitar 40% sejak 1 bulan ini,” ucapnya.

    Menurut Novita, salah satu pembeda utama antara beras premium dan medium ada pada tekstur dan bentuk biji beras. Beras premium umumnya lebih pulen dan utuh. Ia mengklaim, meski produknya terdaftar sebagai beras medium saat mengurus izin edar, kualitasnya mendekati premium.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Harga beras juga menjadi tantangan tersendiri bagi pedagang. Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2024 tentang perubahan HET beras, harga eceran tertinggi di Jawa ditetapkan Rp12.500 per kilogram untuk beras medium dan Rp14.900 untuk beras premium.

    Namun, menurut Novita, harga gabah yang tinggi dan biaya penggilingan membuat pedagang sulit menjual sesuai HET.

    “Dari gabah diolah ke beras itu harganya sudah Rp12.500–Rp12.700. Aku jual Rp13 ribu, paling untung Rp200–Rp300. Untung Rp500 itu sulit banget,” katanya.

    Novita saat ini menjual beras kemasan seharga Rp13 ribu per kilogram. Di hari pasaran seperti Sebo, ia bisa menjual hingga 1 ton. Sedangkan di hari biasa, penjualan hanya berkisar 1 kuintal.

    Kondisi ini jauh berbeda dengan sebelum adanya isu beras oplosan. Dulu, saat masih menjual beras premium dan beras murah, Novita bisa menjual hingga 2 ton dalam sehari.

    “Sudah lama semenjak ada isu itu tidak nyetok beras premium. Dulu kalau pasaran kuat 2 ton sehari,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita