KBRT - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Trenggalek memperkuat sosialisasi mitigasi bencana di lingkungan pondok pesantren. Langkah ini dilakukan untuk mencegah kejadian serupa runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Rabu (08/10/2025), agar tidak terulang di wilayah Trenggalek.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Trenggalek, Agus Prayitno, menjelaskan bahwa pihaknya telah berkeliling ke sejumlah pesantren untuk memberikan imbauan kepada para pimpinan pondok. Ia menekankan pentingnya melibatkan tenaga ahli atau instansi berwenang dalam proses pembangunan gedung pesantren.
“Kami menyampaikan kepada pimpinan pesantren agar ketika ada proyek pembangunan bisa berkoordinasi dengan pihak berwenang seperti Dinas PUPR,” ujar Agus.
Menurutnya, meski Kemenag memiliki tanggung jawab moral sebagai pembina pesantren, lembaganya tidak memiliki kewenangan teknis dalam urusan konstruksi bangunan.
“Kita tidak bisa menyentuh perkara bangunan, misalnya bangunan tingkat tiga itu besinya harus berapa, kami tidak tahu,” ungkapnya.
Agus menambahkan, dalam Arkanul Ma’had atau lima rukun utama pendirian pesantren, tidak ada ketentuan yang mengatur bentuk atau spesifikasi bangunan. Oleh karena itu, Kemenag menyarankan agar setiap pembangunan pesantren melibatkan pihak profesional untuk memastikan keamanan konstruksi.
“Di Trenggalek belum ada bangunan pesantren yang terlalu tinggi. Hanya dua yang bertingkat tiga, masing-masing di Kelurahan Kelutan dan Kecamatan Durenan,” jelasnya.
Saat ini, terdapat sekitar 76 pondok pesantren di Kabupaten Trenggalek dengan jumlah santri rata-rata antara 200 hingga 300 orang. Karena kapasitas tersebut, mayoritas pesantren tidak memerlukan bangunan bertingkat banyak.
“Kami turut berbelasungkawa atas musibah di Sidoarjo. Insyaallah para santri yang meninggal dunia syahid karena sedang menuntut ilmu,” tutup Agus.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Lek Zuhri