KBRT – Momen Maulid Nabi Muhammad SAW yang biasanya meningkatkan permintaan daging ayam di pasar, tahun ini tidak berdampak signifikan terhadap penjualan. Padahal, tradisi masyarakat Islam kerap menggelar tasyakuran dengan menu utama lodho ayam sebagai hidangan khas.
Amin (53), pedagang daging ayam di Pasar Basah Trenggalek, mengaku penjualan ayam kali ini tidak mengalami lonjakan.
“Daya belinya kurang, dulu masyarakat kalau beli daging ayam waktu maulid bisa lebih banyak, tapi sekarang momen maulid tak merubah apapun,” ujar Amin.
Menurut Amin, harga daging ayam potong sudah cukup lama stabil di kisaran Rp33.000 per kilogram. Namun, harga itu masih dianggap mahal oleh sebagian masyarakat karena kondisi ekonomi yang belum pulih.
“Sudah cukup lama harga ayam potong bertahan di angka Rp33.000,” katanya.
Ia menambahkan, harga jenis ayam lain juga tidak berubah, seperti ayam Kedu yang berada di angka Rp50.000 per kilogram, serta ayam kampung dengan variasi Rp45.000–Rp90.000 per kilogram, tergantung ukuran.
Selain faktor ekonomi, Amin menilai tren konsumsi masyarakat turut berubah. Tidak semua keluarga menjadikan ayam sebagai menu utama dalam perayaan maulid.
“Pergeseran trend di masyarakat yang mulai beralih dari menyajikan menu ayam menjadi hidangan lain turut menjadi penyebab tak bergesernya permintaan daging ayam,” jelasnya.
Dalam sehari, Amin bisa menghabiskan lebih dari 1 ton ayam potong. Namun, mayoritas pembeli bukan dari Kabupaten Trenggalek.
“Di sini itu yang banyak malah kirim ke luar kota, seperti ke Surabaya atau Madiun. Di sana dikirim sebanyak apa pun pasti tetap laku, berbeda dengan di sini. Dulu, dalam sehari kalau ramai total di sini bisa menjual lebih dari 2 ton ayam potong, namun sekarang tidak pernah sampai 2 ton,” ungkapnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz