Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Inovasi Petani Trenggalek: Minim Modal, Sawah Tetap Subur dan Panen Maksimal

  • 12 Aug 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Meski terkesan malas atau enggan mengeluarkan biaya untuk menunjang hasil panen, ongkos mengolah tanah menggunakan bajak atau pemupukan yang harganya cukup mahal dapat diminimalkan agar tidak membebani petani.

    Upaya itu dilakukan Suparno, petani asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari. Musim kemarau basah membuat lahan yang semula akan ia tanami jagung kembali berlumpur. Kondisi tersebut memaksanya menanam padi seperti musim sebelumnya.

    “Kesannya seperti petani malas, tapi ini bisa jadi solusi yang menguntungkan,” ujar Suparno sambil menancapkan benih padi di sawah yang belum dibajak.

    Ia menjelaskan, lumpur di sawahnya masih mudah ditanami karena belum mengering dan memiliki kedalaman sebetis. Kondisi itu cukup untuk menanam padi tanpa harus mengolah tanah terlebih dahulu.

    Menurut Suparno, kunci menjaga kesuburan lahan adalah pengelolaan air yang baik dan perawatan sawah tanpa pupuk kimia. “Ini masih uji coba. Kalau bagus bisa ditiru petani lain. Yang penting, karena tidak dibajak, di tepian sawah harus dibuat parit kecil untuk tempat air,” jelasnya.

    Sistem tanam padi minim modal tersebut digagas bersama Hernawan Widyatmiko, penyuluh pertanian desa setempat. Metode ini dinilai sebagai solusi untuk mengurangi biaya produksi yang kerap memberatkan petani.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Hernawan menjelaskan, konsep tersebut hampir sama dengan sistem Mina Padi, yakni menggabungkan pertanian dengan budidaya ikan. Parit di sekeliling petak sawah Suparno nantinya berfungsi sebagai kolam ikan yang dapat memberikan keuntungan ganda, sekaligus menghasilkan pupuk alami dan menjadi pengendali hama bagi padi.

    “Pertanian minim modal ini bisa mempermudah petani, tapi perawatan tanah dari musim sebelumnya harus bagus supaya panen tetap maksimal,” kata Hernawan.

    Ia menambahkan, tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari keberadaan cacing atau mikroorganisme lainnya. Apabila segenggam tanah masih banyak mengandung cacing, maka kesuburan tanah dianggap terjaga.

    Jika pemupukan dilakukan dengan pupuk organik buatan sendiri, maka terwujud konsep “Petak Sawah Murah” yang bebas dari olah tanah dan pupuk kimia. Sisa batang serta akar padi yang tertinggal di sawah diharapkan menjadi tambahan nutrisi bagi tanaman baru.

    “Nanti bisa jadi lebih murah lagi kalau sawahnya dibuat budidaya ikan. Jadi sekalian lauknya sudah pasti tersedia,” katanya.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz