KBRT – Layaknya seorang dokter dengan busana putih dan kacamata, seorang pria tua dengan sepeda kayuh setia melayani masyarakat Pogalan, berkeliling mengantarkan berbagai macam obat hingga ke pelosok daerah.
Sujud (72), pedagang obat keliling asal Dusun Duwet, Desa Ngetal, telah puluhan tahun melayani warga Pogalan. Ia mengaku mulai berjualan sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto.
“Awal saya berjualan masih pakai motor, lalu ganti becak, sampai sekarang pakai sepeda karena pendengaran saya yang sudah menurun. Ya, kalau pakai sepeda kan bisa dengar kalau ada yang manggil,” ujarnya.
Sujud menjual berbagai obat ringan dan mendapatkan stok dari toko serta apotek. Meski usianya sudah lanjut, ia mengaku hafal resep dan fungsi dari obat-obatan yang dijualnya.
“Ya kalau jual obat sudah pasti hafal. Selain obat-obatan ringan, saya juga menjual obat penambah stamina bagi pria, tapi sekarang penghasilan saya dari obat itu menurun banyak,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa obat stamina tersebut juga ia titipkan di beberapa apotek, namun penjualannya kini menurun drastis.
“Saya berjualan setiap hari. Dulu, waktu masih muda, saya sudah keliling sejak pagi. Tapi karena sekarang cepat lelah, saya mulai berjualan siang hari,” jelasnya.
Hari itu, Sujud hanya mendapat tiga pelanggan meski telah berangkat lebih awal. Ia biasanya pulang menjelang Maghrib, sekitar pukul 17.30. Sujud kini tinggal bersama salah satu anak dan menantunya.
“Sekarang saya sudah tidak keliling sejauh dulu, ya hanya sekitar Desa Ngetal saja. Kalau dirasa masih kuat, kadang bisa lebih jauh,” imbuhnya.
Sujud mengaku telah berkali-kali dilarang berjualan oleh anak-anaknya karena usianya yang sudah lanjut. Namun, ia memilih untuk tetap berjualan.
“Sejak istri saya meninggal, kalau tidak berjualan badan saya malah terasa tidak sehat, sering pegal bahkan pernah jatuh sakit karena tidak berjualan. Dengan berkeliling menjual obat, saya malah merasa sehat dan tidak kesepian,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Lek Zuhri