Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Harga Santan Instan Melonjak, Pedagang Pasar Trenggalek Alami Penurunan Penjualan

  • 26 Apr 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Kenaikan harga kelapa yang terus berlanjut menyebabkan harga santan instan kemasan ikut naik, membuatnya menjadi tidak ekonomis lagi bagi konsumen.

    Marfaatin (57), pedagang bumbu dapur di Pasar Basah Trenggalek, mengakui bahwa penjualan santan instan menurun drastis sejak harganya naik seiring dengan harga kelapa.

    “Sebelum harga kelapa naik, satu sachet santan instan ukuran 65 mililiter masih seharga Rp3.500. Sekarang naik jauh menjadi Rp6.000,” ujarnya.

    Pedagang yang kerap disapa Bu Tin tersebut mengeluhkan bahwa santan instan terkadang tidak terjual sama sekali dalam sehari. Kondisi ini, menurutnya, sangat berbeda dibandingkan dulu, saat belasan bungkus santan instan bisa terjual setiap hari.

    “Hari ini santan instan tidak ada pembeli sama sekali. Padahal saya hanya mengambil untung 500 perak. Hitungannya, satu sachet itu saya dapatkan di harga Rp5.500,” ungkapnya.

    Saat ini, Marfaatin hanya menyetok satu dus santan instan kemasan 65 mililiter yang ia dapatkan dari sales seharga Rp190.000. Ia tidak berani menyetok banyak karena produk ini mudah rusak jika terkena suhu panas.

    “Dulu setiap minggu bisa habis. Sekarang saya malah sering turunkan harga 200 perak agar ada yang mau beli. Saya takut kalau kelamaan nanti malah rusak,” tandasnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Wanita yang mengaku tinggal di Desa Bendungan ini telah berjualan selama lebih dari 20 tahun di pasar. Menurutnya, para pelanggan santan instan kini lebih memilih untuk tidak menggunakan santan karena harga yang sedang tinggi.

    “Kalau sepengamatan saya, orang-orang sekarang banyak yang pilih belanja sayur seperti kangkung untuk ditumis, dan pakai lauk tempe atau tahu goreng,” jelasnya.

    Tak jauh berbeda dengan Marfaatin, di sudut pasar basah lainnya, Suliyah (46), pedagang bumbu dapur asal Dusun Gempleng, Desa Ngares, mengaku sudah tidak berjualan santan instan sejak bulan Ramadan.

    “Harga santan instan saat itu sudah mahal. Peminatnya juga sedikit. Ya, saya enggan berjualan santan instan karena selalu lama habisnya,” ujar Suliyah.

    Ia bercerita bahwa pelanggannya merasa santan instan tidak cocok digunakan untuk memasak. Suliyah juga mengaku pernah mencoba dan merasakan bau masakan yang berbeda.

    “Kalau kata pelanggan, santan instan malah enak dijadikan campuran minuman es, ya karena di dalamnya sudah ada krimernya,” pungkasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf