Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Diguyur Cuaca Buruk, Larung Sembonyo di Pantai Cengkrong Trenggalek Tetap Ramai

  • 29 Jun 2025 16:47 WIB
  • Google News

    KBRT – Meski sempat diguyur cuaca buruk, prosesi adat Labuh Laut Larung Sembonyo di Pantai Cengkrong, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek tetap berlangsung meriah. Warga tampak memadati pesisir pantai untuk mengikuti rangkaian upacara adat yang digelar, Minggu (29/06/2025).

    Supeno, Ketua Panitia Labuh Laut Pantai Cengkrong, mengakui bahwa cuaca sempat menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan kegiatan tahunan tersebut. Namun, antusiasme masyarakat yang tinggi membuat acara tetap berjalan sesuai rencana.

    “Meski sempat terkendala cuaca yang buruk, kegiatan tetap berjalan dengan lancar,” ujar Supeno.

    Upacara adat ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat Desa Karanggandu kepada Sang Pencipta, yang diwujudkan dalam bentuk sedekah bumi dan labuh laut. Prosesi inti berupa pelarungan buceng agung ke tengah laut dilaksanakan oleh masyarakat dan nelayan setempat.

    Setidaknya terdapat 10 kapal nelayan yang mengarak buceng agung ke tengah laut. Buceng agung tersebut berisi nasi ketan, ayam lodho, dan sesaji lainnya.

    Sebelum dilarungkan, buceng agung diarak oleh sekitar 3.000 warga dari Balai Desa Karanggandu menuju Pantai Cengkrong, menempuh jarak sekitar tiga kilometer. Tak hanya itu, sebanyak 10 tumpeng hasil bumi dari sembilan RW juga turut dihadirkan dalam rangkaian acara.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Tumpeng labuh laut diwujudkan dengan tumpeng nasi ketan. Buceng sedekah bumi ya hasil bumi, sayur mayur, dan buah-buahan,” tambah Supeno.

    Supeno menjelaskan bahwa kegiatan ini rutin digelar setiap bulan Muharram, bertepatan dengan tahun baru Hijriah, sekaligus menjadi bagian dari tradisi bersih desa. Persiapan dan kegiatan telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

    Seluruh rangkaian kegiatan didanai oleh dukungan sponsor, pemerintah desa, serta swadaya dari masyarakat Karanggandu.

    Di tengah keterbatasan akibat cuaca yang kurang bersahabat, kegiatan adat ini tetap menjadi momentum kebersamaan dan kekompakan warga. Supeno berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan dan berdampak positif pada perekonomian lokal.

    “Harapan ke depannya kami inginkan untuk masyarakat Karanggandu lebih maju lagi. Semoga Karanggandu bisa lebih baik lagi,” tutupnya.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita