KBRT - Nelayan di Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, menyambut antusias kegiatan tahunan Larung Sembonyo sebagai bentuk rasa syukur dan sedekah bumi atas hasil laut yang melimpah, Minggu (18/05/2025).
Nelayan menghias kapal-kapal mereka secara meriah untuk mengikuti prosesi labuh laut. Kapal-kapal tersebut juga digunakan untuk mengangkut masyarakat secara gratis menuju tengah laut guna menyaksikan prosesi pelarungan.
“Sembonyo adalah acara adat yang harus dilestarikan, ya sebagai bentuk rasa syukur kita untuk sedekah bumi,” ujar Hafid, nelayan di Pantai Prigi.
Menurut Hafid, para nelayan telah mempersiapkan acara ini jauh hari sebelumnya, termasuk menghias kapal secara mandiri bersama Anak Buah Kapal (ABK) masing-masing.
“Kita juga menghias kapal semeriah mungkin guna memeriahkan labuh laut ini karena ini merupakan hajat nelayan,” jelasnya.
“Yang menghias itu ABK masing-masing. Masyarakat bisa naik kapal-kapal ini ikut ke tengah gratis,” terangnya.
Ia menilai prosesi labuh laut tahun ini berlangsung sukses dan meriah. Namun, Hafid menyayangkan rendahnya antusiasme masyarakat terhadap rangkaian acara sebelumnya, seperti pasar malam, pengajian, dan pertunjukan kesenian uyon-uyon tayub, karena diguyur hujan.
“Kalau waktu labuh lautnya itu meriah dan ramai, namun waktu rangkaian acara sebelumnya itu sangat minim pengunjung, karena musim hujan jadi masyarakat kurang bisa menikmati,” katanya.
Menurutnya, jumlah penonton pada malam hari mengalami penurunan sekitar 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Kalau dulu tontonan malam itu rame, jadi memang tahun ini kurangnya pas musim hujan jadi kalau acara malam itu kurang ada penontonnya,” ujarnya.
Hafid berharap, dengan digelarnya tradisi Larung Sembonyo, hasil tangkapan ikan para nelayan Pantai Prigi bisa meningkat.
“Harapannya dengan adanya sedekah bumi ini tangkapan ikan nelayan bisa lebih banyak lagi,” tandasnya.
Menambahkan informasi, Rangkaian acara dimulai sejak Jumat (16/05/2025) dan berlangsung selama tiga hari tiga malam. Puncaknya digelar Minggu pagi dengan kirab tumpeng setinggi tiga meter dari depan Kantor Kecamatan Watulimo menuju Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi sejauh 2,5 kilometer.
Setibanya di pelabuhan, tumpeng atau buceng dan sesajen didoakan bersama oleh para tokoh masyarakat dan nelayan, lalu diarak ke dermaga dan dibawa ke tengah laut menggunakan kapal motor.
Proses pelarungan ini dikawal sekitar 20 kapal hias, sementara dua kapal utama menarik tumpeng sejauh dua mil dari garis pantai.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz