KBRT - Sekolah Riset Advokasi di Trenggalek resmi dimulai sebagai upaya menyiapkan warga memahami dampak pembangunan skala besar, termasuk bisnis ekstraktif, serta memperkuat kemampuan advokasi berbasis riset. Kegiatan yang berlangsung 7–9 Desember 2025 itu dirancang untuk membekali peserta menilai kerugian ekonomi dan menyusun dokumen kajian sebagai dasar advokasi publik.
“Pentingnya melakukan advokasi berbasis riset ini bisa dikerjakan masyarakat secara kolektif, sebagai upaya mempertahankan ruang hidupnya” kata David Effendi dari LHKP PP Muhammadiyah dalam sesi pengantar pembukaan kegiatan (7/12/25).
Bertempat di Aula Pondok 3 MBS Pogalan, program ini menghadirkan sejumlah pemateri dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan lembaga riset Center of Economic and Law Studies (CELIOS), dengan materi mulai dari pengenalan Amdal, dampak rinci tambang, aspek hukum korporasi, hingga teknik valuasi kerugian ekonomi. Peserta juga diarahkan menyusun rencana penelitian, mengolah data, dan menyiapkan rancangan policy brief.
Jaya Darmawan, peneliti dari CELIOS berharap warga dapat memahami dan memiliki tinjaun kritis terhadap efek pembangunan di tempatnya. Menurutnya bisnis ekstraktif selalu memiliki dampak eksternalitas negatif yang besar, maka ilmu tentang valuasi ekonomi ini penting.
“Selama ini dampak eksternalitas negatif dari bisnis ektraktif tidak pernah dihitung, dan yang menanggung kerugian adalah masyarakat dan serta pemerintah itu sendiri,” ungkap Jaya di selepas menyampaikan materi.
Sekolah ini menargetkan lahirnya penggerak advokasi di tingkat lokal yang mampu membantu masyarakat terdampak pembangunan. Peserta diharapkan mampu menghasilkan tiga dokumen kajian valuasi ekonomi dari kecamatan terdampak sebagai produk akhir pelatihan. Aspek yang dinilai meliputi ekonomi masyarakat, kualitas air dan udara, serta kesehatan.
Materi pelatihan teoritik berlangsung intensif selama dua hari, dilanjutkan dengan kerja lapangan untuk mengumpulkan data bersama warga. Selain membangun kapasitas teknis riset, kegiatan ini juga memperkuat jejaring sipil dan membuka ruang berbagi pengalaman mengenai dampak kebijakan pengelolaan sumber daya alam di daerah.
Ringkas Berita (3 poin)
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor: Zam















