Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Dari Keripik ke Tanah Suci: Perjuangan Nenek Sarinah Berhaji di Usia 75 Tahun

  • 30 Apr 2025 08:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Di usia senjanya, saat sebagian orang memilih beristirahat, Sarinah (75) justru menapak jalan panjang penuh peluh demi satu cita-cita suci: berangkat haji. Kisahnya bukan sekadar tentang rupiah yang dikumpulkan dari keripik dan jamu, tapi tentang tekad yang tak lekang waktu.

    Warga Dusun Duwet, Desa Ngetal, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek itu memulai perjuangannya sejak pensiun sebagai staf tata usaha di SMK Karya Dharma tahun 2007. Tanpa warisan, tanpa dana besar, Sarinah memilih jalan sunyi: berdagang makanan ringan yang dikemas sendiri di ruang dapur kecilnya.

    "Ingin berangkat haji karena itu ibadah," ucapnya lirih namun pasti.

    Setiap sore, ia mengemas ulang keripik tempe, keripik pisang, dan keripik mbote—ubi talas khas Trenggalek. Subuh hari, ia sudah bersiap dengan tas berisi dagangan, menumpang anaknya yang seorang guru SD, menuju instansi-instansi pemerintahan yang menjadi pelanggannya.

    "Ada Polres, DPRD, Dinas PU, Rutan, dan lainnya. Kadang belum buka, saya sudah duduk menunggu di depan pintu," kenangnya.

    Dengan harga Rp 5 ribu per bungkus, ia mendapatkan keuntungan Rp 2 ribu. Rata-rata 40 bungkus terjual per hari, belum termasuk jamu tradisional yang juga ia racik sendiri. 

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Jika dagangan belum habis, Sarinah tak ragu berjalan kaki 1–3 kilometer untuk mencari tempat lain. Terik matahari dan hujan ia hadapi dengan syal tipis dan langkah sabar.

    "Pulangnya sekitar jam 1 siang, naik bus dari pertigaan Hotel Widowati. Kadang hanya terjual separuh, tapi saya tetap bawa pulang senyum," tuturnya dengan mata berkaca.

    Dari keuntungan kecil itulah, ia menyisihkan sebagian demi sedikit. Tahun 2012, ia berhasil mendaftar haji. Butuh 13 tahun dalam antrean, hingga 2025 menjadi tahun di mana cita-citanya mencapai puncaknya.

    "Kalau dagangan laku banyak, langsung saya tabung. Alhamdulillah, sekarang waktunya saya berangkat," ujarnya penuh haru.

    Sarinah bukan hanya penjual keripik. Ia adalah simbol dari daya tahan, keikhlasan, dan bukti nyata bahwa perjuangan tidak mengenal usia. Di tengah dunia yang serba cepat dan instan, Sarinah menulis ceritanya dengan langkah pelan, sabar, dan tak tergoyahkan.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Lek Zuhri