Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Yakub, Perajin Bambu Trenggalek yang Bertahan Sejak 1985 di Tengah Pasang Surut Pasar

  • 18 May 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Di pinggir Jalan Raya Durenan–Bandung, tampak deretan kerajinan bambu tersusun rapi: lincak, sesek, kere, hingga kandang ayam. Semua itu adalah hasil kerja tangan Yakub, seorang penjual sekaligus perajin bambu asal Trenggalek yang telah menekuni profesinya sejak tahun 1985.

    “Saya di sini jual macam-macam kerajinan bambu, seperti lincak bambu, sesek, kere, dan kandang ayam,” ujar Yakub.

    Sebagian barang dagangannya berasal dari pengrajin lain. Namun, beberapa jenis seperti lincak dan kere dibuatnya sendiri. Ia mengaku kerap menyisihkan waktu khusus untuk memproduksi barang di sela aktivitas jual-beli.

    “Saya itu disetori dari pengrajin, tapi juga ada yang saya buat sendiri seperti lincak dan kere,” katanya.

    Untuk menjaga kelangsungan usaha di tengah naik-turunnya permintaan pasar, Yakub menerapkan strategi berbasis kolaborasi. Menurutnya, pekerjaan ini tak bisa dilakukan sendirian.

    “Kalau jual seperti ini harus ada orang yang potong bambunya, orang yang pengrajin, kemudian orang yang jual,” ujarnya.

    Yakub biasa mendapatkan pasokan bambu dari wilayah Dongko dan Karangan. Sekali belanja, ia bisa menghabiskan dana sekitar Rp4 juta untuk satu truk penuh bambu. Harga bambu, menurutnya, masih cenderung stabil.

    “Saya itu minta kiriman bambu dari Dongko dan Karangan, biasa sekali belanja satu truk,” tambahnya.

    Ia menyadari bahwa kerajinan bambu bukanlah barang kebutuhan sehari-hari. Penjualannya pun bersifat musiman, sangat tergantung pada cuaca dan kebutuhan pasar.

    “Pembeli itu musiman, jadi tidak bisa diprediksi kalau jualan seperti ini. Kalau cuaca hujan itu penjualan sedikit sepi,” jelasnya.

    Meski begitu, Yakub tetap produktif. Untuk membuat satu lincak ukuran sedang, ia membutuhkan waktu dua hari. Ia melayani pembelian eceran maupun grosir, termasuk dari pembeli di luar Trenggalek seperti Tulungagung.

    “Kalau lincak bambu saya buat sendiri, biasa memakan waktu dua hari kalau buat lincak,” tuturnya.

    Dengan penuh harap, Yakub ingin agar usahanya terus berkembang dan bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

    “Saya ini juga melayani pedagang grosir untuk dijual kembali. Harapan saya semoga usahanya bisa berkembang, bisa lebih besar lagi,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz