KBRT – Pemerintah Kabupaten Trenggalek terus memperkuat koordinasi lintas sektor guna menghadapi dampak musim kemarau basah yang masih berlangsung hingga awal Agustus 2025. Langkah ini dilakukan untuk mencegah kekeringan dan menjamin ketersediaan air bersih di wilayah terdampak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Triadi Atmono, menjelaskan bahwa koordinasi intensif dilakukan bersama TNI dan Polri, khususnya dalam pemantauan serta distribusi logistik kebencanaan.
“Sebagaimana prakiraan BMKG, sampai saat ini musim kemarau basah masih terjadi. Namun demikian, Pemkab Trenggalek terus berkoordinasi untuk menganalisis kondisi ketersediaan air,” kata Triadi saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.
Sebagai bentuk antisipasi, BPBD Provinsi Jawa Timur telah mengirimkan bantuan berupa 50 unit tandon air. Bantuan itu akan segera disalurkan ke desa-desa yang berpotensi terdampak kekeringan.
Selain distribusi bantuan, Triadi menyebut bahwa dinas teknis terkait juga diminta mengecek dan mengoptimalkan saluran irigasi untuk menjamin kebutuhan petani selama musim kemarau.
Ia menambahkan, sumur bor yang telah dibangun Pemkab Trenggalek dalam beberapa tahun terakhir akan menjadi sumber air alternatif di musim kering. Saat ini terdapat sekitar 30 titik sumur bor tersebar di berbagai wilayah.
“Kami sudah siagakan segala kebutuhan logistik termasuk mobilisasi apabila sewaktu-waktu diperlukan pengiriman air,” ungkap Triadi.
Mengacu data tahun lalu, sekitar 72 desa di 14 kecamatan di Trenggalek masuk kategori terdampak kekeringan. Kecamatan Panggul menjadi wilayah paling parah karena jumlah desa terdampaknya paling banyak.
Meski demikian, BPBD berharap tahun ini tidak ada permintaan distribusi air bersih secara darurat. Prediksi BMKG menyebutkan musim kemarau tahun 2025 akan berlangsung lebih singkat, dengan puncaknya pada Juli hingga Agustus.
“Alhamdulillah, semoga tidak terjadi permintaan distribusi air bersih,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Lek Zuhri