Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Sugeng, Tukang Becak Motor Trenggalek yang Tetap Berjuang di Tengah Sepinya Penumpang

  • 07 May 2025 20:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Di tengah deru kendaraan dan hiruk-pikuk perempatan Durenan, tersimpan kisah kepahlawanan Sugeng (70), satu di antara sedikit tukang becak motor yang tetap teguh mengayuh roda kehidupannya di tengah sepinya pengguna jasa.

    “Sekarang sepi sekali Mas, sehari jarang ada penumpang. Saat ini saja dari pagi berangkat sampai sekarang jam 11.00 WIB belum ada penumpang sama sekali,” ujar Sugeng.

    Sugeng bukan sekadar tukang becak motor. Ia adalah sosok gigih yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdikan diri mengantar penumpang. Dari becak kayuh hingga beralih ke becak motor enam tahun terakhir, ia terus melaju tanpa gentar.

    “Sudah lebih 20 tahun Mas saya becak. Dulu sebelumnya itu saya becak pancal, kemudian ya sekitar enam tahun terakhir ini beralih ke becak motor,” tuturnya.

    Becak menjadi satu-satunya tumpuan hidupnya. Meski kerap pulang tanpa penumpang, Sugeng tidak pernah absen untuk berangkat setiap hari.

    “Alasan bertahan ya karena tidak ada mata pencaharian lagi Mas. Sawah tidak punya, punyanya cuma ini, ya dapat tidak dapat tetap berangkat,” tegasnya.

    Setiap hari, Sugeng setia mangkal di Perempatan Durenan. Saat pasar hewan buka, ia beralih ke Pasar Hewan Durenan, berharap ada rezeki yang menanti.

    “Setiap hari saya di lampu merah sini Mas. Tapi kalau pasaran hewan saya ya mangkal di pasar,” katanya.

    Untuk mendapatkan satu penumpang saja kini terasa seperti perjuangan besar. Dalam seminggu, rata-rata Sugeng hanya membawa empat hingga lima orang penumpang.

    “Sehari dapat satu penumpang saja sulit Mas sekarang. Saya itu paling banyak kalau dirata-rata dalam seminggu dapat penumpang paling ya empat sampai lima Mas,” jelasnya.

    Sugeng melayani berbagai trayek dengan tarif terjangkau, seperti Durenan–Bandung Rp20 ribu. Ia juga siap menerima pesanan lewat telepon, baik untuk penumpang maupun angkut barang.

    “Semua trayek saya layani Mas, yang penting tidak jalur naik. Saya pernah itu mengantar sampai Nglampir Bandung sana Mas. Saya juga ada langganan, tapi ya tidak setiap hari, biasa untuk kontrol di rumah sakit,” ungkapnya.

    Setiap hari, becaknya menghabiskan satu liter pertalite. Jika tidak ada penumpang, Sugeng kerap berutang ke kios bensin demi tetap bisa beroperasi.

    “Kalau dibandingkan dulu jauh Mas. Dulu misal keluar itu pasti dapat penumpang, sekarang sulit. Kalau sehari itu yang pasti saya keluar Rp10 ribu untuk bensin. Kalau tidak dapat penumpang dalam sehari ya jelas rugi, untuk menutupinya saya sering hutang ke pemilik kios bensin,” tandasnya.

    Sugeng potret keteguhan dan semangat tanpa lelah. Meski jalan semakin sunyi, ia tetap menjadi pahlawan kecil yang tak pernah lelah mengayuh roda demi roda, menjemput harapan di ujung perjalanan.

    Kabar Trenggalek - Feature

    Editor:Zamz