Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Penuh Tradisi dan Mistis, Longkangan Trenggalek Menuju Pengakuan Nasional

  • 09 Jul 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Jika suatu hari kamu mengunjungi pesisir Munjungan, Trenggalek, cobalah datang di bulan Selo dalam penanggalan Jawa. Di waktu itulah, sebuah tradisi sakral nan magis bernama Longkangan digelar – sebuah bentuk larungan ke laut sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.

    Tradisi ini tidak hanya menyajikan kekayaan budaya pesisir, tapi juga suasana yang penuh rasa hormat terhadap alam dan makhluk tak kasat mata. Sekarang, upacara Longkangan sedang dalam proses menuju pengakuan resmi sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

    “Tahun 2025 ini kami ajukan upacara adat Longkangan. Ini adalah bentuk syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang biasa dilaksanakan setiap bulan Selo,” ujar Sunyoto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek.

    Namun, perjalanan menuju pengakuan nasional itu belum tanpa tantangan. Disparbud Trenggalek menerima beberapa catatan administratif dari kementerian, terutama terkait legalitas hak cipta video dokumentasi dan penetapan nama resmi upacara tersebut. Pasalnya, penyebutan nama tradisi ini masih bervariasi di masyarakat.

    “Ada yang menyebut Longkangan, ada juga yang memberi nama berbeda. Kurang konsisten nama ini yang kemudian dipertanyakan. Tapi insyaallah segera kami lengkapi,” jelas Sunyoto.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Secara turun-temurun, Longkangan telah menjadi bagian penting dari kehidupan nelayan Munjungan. Prosesi utamanya adalah melarung tumpeng ke laut – semacam simbol pengorbanan dan harapan akan keselamatan serta rezeki berlimpah.

    Namun yang membuat Longkangan terasa berbeda dari ritual pesisir lainnya adalah malam harinya. Ketika debur ombak mulai tenang, masyarakat menggelar pertunjukan tayub – sebuah tarian tradisional yang diyakini bukan hanya dihadiri manusia, melainkan juga tetamu gaib yang disebut tetuwonggo, penjaga gaib dari wilayah selatan.

    “Setiap Longkangan malamnya selalu diiringi tayuban, yang diyakini dihadiri tetuwonggo atau tokoh gaib dari kepulauan selatan. Mereka diundang untuk menari bersama, meski tak terlihat secara kasat mata,” ujar Sunyoto.

    Ia menyampaikan, pihaknya optimistis semua persyaratan akan segera terpenuhi agar Longkangan bisa mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya takbenda tingkat nasional. Bagi masyarakat Munjungan, pengakuan itu bukan sekadar simbol prestise, tapi juga bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur yang selama ini terus dijaga.

    Kabar Trenggalek - Wisata

    Editor:Lek Zuhri

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita