Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Mengapa Ular Berganti Kulit?

  • 23 Apr 2025 09:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Ular berganti kulit karena tubuhnya tumbuh makin besar, padahal ukuran kulitnya tetap. Artinya, kulit ular tidak ikut tumbuh. Kulit pun menjadi sesak dan sempit. Oleh karena itu, kulit harus dilepas dan diganti dengan lapisan kulit yang baru.  

    Dilansir dari buku Seri Cari Tahu, Yuk!: Mengapa Ular Berganti Kulit? karya Faisol Anam, ular akan menunggu tumbuhnya kulit baru. Setelah kulit baru siap, kulit lama akan dilepas dari tubuhnya. Ular melepas kulit lama dengan cara menggesek-gesekkan kepala ke benda yang permukaannya kasar.  

    Binatang ini juga melepas kulitnya dengan cara mengimpitkan tubuh di antara bebatuan. Pergantian kulit dimulai dari kepala. Setelah kulit kepala terkelupas, ular akan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Gerakan tersebut bertujuan agar seluruh kulit terkelupas hingga bagian ekor.  

    Ular berganti kulit sebanyak 4 hingga 8 kali  

    dalam setahun. Pergantian kulit ular dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya umur, banyaknya makanan, suhu udara, dan aktivitas. Seekor ular muda, yang hidup di tempat dengan cukup makanan, akan lebih sering berganti kulit karena lebih cepat tumbuh besar.  

    Meningkatnya suhu dan aktivitas juga akan membuat ular lebih cepat berganti kulit. Ular memerlukan waktu beberapa hari untuk persiapan berganti kulit.  

    Proses pelepasan kulit akan mengganggu penglihatannya. Akibatnya, ular terancam mudah dimangsa binatang lain. Oleh karena itu, ular akan mencari tempat yang aman dan terlindung.  

    Saat hendak berganti kulit, ular akan menjadi lebih galak atau agresif. Hewan ini akan menyerang siapa saja yang mengganggunya.  

    Ular berburu mangsa dengan menjulurkan lidah. Ujung lidah ular akan menangkap partikel bau di udara. Lalu, lidah dimasukkan ke dalam mulut dan ditempelkan ke organ di langit-langit mulutnya.  

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Dengan organ tersebut, bau yang tertangkap akan diidentifikasi, apakah itu bau makanan atau bukan. Ular mendengar sesuatu dengan cara yang unik. Hewan ini ”mendengarkan suara” dengan merasakan getaran melalui perutnya.  

    Ular mempunyai indra penglihat yang tidak tajam. Mata ular tidak dapat melihat dengan jelas benda di depannya. Ada ular yang membunuh mangsa dengan menancapkan taring seraya memasukkan bisa atau racunnya. Contohnya, ular kobra, ular derik, dan ular weling. Racun akan menyebar di dalam tubuh mangsa hingga menyebabkan mangsa mati.  

    Ada juga ular yang membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga mangsa mati lemas kehabisan napas. Contohnya, ular piton, anaconda, dan ular boa. Ular tidak mempunyai gigi untuk mengunyah makanan.  

    Taring ular hanya berfungsi untuk menyuntikkan bisa, mencengkeram mangsa, dan memasukkannya ke dalam mulut. Mangsa akan ditelan bulat-bulat, yaitu dalam keadaan utuh mulai dari kepala terlebih dahulu.  

    Ular memiliki bentuk mulut yang unik. Rahang atas dan rahang bawahnya terpisah, tidak menyatu. Oleh karena itu, mulut ular dapat membuka sangat lebar (melar). Mangsa yang berukuran lebih besar pun dapat masuk ke dalam mulut.  

    Mangsa yang sudah ditelan akan dihancurkan oleh enzim pencernaan dan cairan asam lambung. Proses ini memerlukan waktu beberapa hari. Cairan asam lambung bersifat sangat asam sehingga mudah menghancurkan mangsa agar dapat diserap tubuh.  

    Lamanya proses penghancuran tersebut berbeda-beda, tergantung besar kecilnya mangsa. Makin besar mangsa makin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkannya.  

    Ular tidak akan makan lagi setelah menelan mangsa. Ular akan berpuasa dalam waktu yang cukup lama, bahkan sampai 3 bulan. Setelah merasa lapar, barulah ular akan berburu lagi.  

    Kabar Trenggalek - Edukasi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf