Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Harga Kelapa Meroket, Pedagang Jenang Bertahan dengan Produksi Terbatas

  • 19 Apr 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Di dapur mungilnya yang hangat oleh uap santan dan aroma gula merah, Sukri (41) mengaduk jenang dengan gerakan perlahan. 

    Pedagang jenang asal Desa Prigi, Kecamatan Watulimo, itu tengah memutar otak agar tetap bisa bertahan di tengah naiknya harga kelapa yang kian tak terjangkau.

    “Harga kelapa saat ini meresahkan, Mas. Naiknya melejit. Sekarang harga per butir untuk ukuran sedang bisa Rp10 ribu, bahkan sampai Rp13 ribu,” ujar Sukri dengan nada prihatin.

    Selama 15 tahun menekuni usaha jenang, inilah pertama kalinya ia menghadapi lonjakan harga kelapa yang begitu drastis. 

    Sebelumnya, dalam sehari Sukri biasa menghabiskan sekitar 20 butir kelapa untuk memproduksi jenang. Namun, kini ia hanya mampu membeli 12 butir per hari.

    “Sekarang saya sehari habis 12 butir kelapa, sebelum harga kelapa naik dulu saya bisa habis 20 butir,” tuturnya.

    Dampaknya tentu terasa pada jumlah jenang yang bisa diproduksi. Sukri yang biasanya menjual hingga 500 porsi jenang setiap hari, kini hanya mampu menjual sekitar 300 porsi. Penurunan ini ia rasakan sejak bulan puasa lalu, dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Naiknya bahan baku itu mungkin sejak puasa kemarin, Mas. Sejak saat itu jumlah produksi saya kurang sekitar 20% sampai sekarang,” ujarnya lagi.

    Meski demikian, Sukri tetap bertahan tanpa menaikkan harga. Jenang buatannya masih dijual seharga Rp3.000 per bungkus. Ia khawatir, jika harga dinaikkan, pembeli akan enggan datang.

    “Saya mau naikkan harga itu berat, Mas. Takutnya nanti pemasarannya sulit. Meskipun kelapa sekarang naik, harga jenang yang saya jual masih tetap,” terang Sukri.

    Di kedai sederhananya, Sukri menyajikan beragam jenis jenang: jenang putih, jenang gendul, jenang ketela, kacang ijo, ketan, agar-agar, dawet, mutiara, hingga jenang garut. Semua menggunakan santan sebagai bahan utama, menjadikan kelapa sebagai denyut nadi usahanya.

    Dengan semangat yang belum padam, Sukri tetap berusaha menyajikan rasa khas jenang rumahan kepada pelanggannya. 

    Di tengah tekanan harga dan tantangan ekonomi, ia membuktikan bahwa ketekunan dan cinta pada usaha kecil bisa membuat siapa pun bertahan, meski dalam situasi yang paling sulit.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf