KBRT – Suhu udara di Trenggalek dan sejumlah wilayah di Jawa Timur terasa lebih dingin dalam beberapa hari terakhir, khususnya pada malam hingga pagi hari. Fenomena ini dikenal masyarakat lokal sebagai bediding, yakni hawa dingin yang umum terjadi saat musim kemarau.
Berdasarkan pantauan Kabar Trenggalek, suhu udara di sejumlah kecamatan tercatat berkisar antara 17–20 derajat Celcius pada dini hari. Kondisi tersebut membuat sebagian warga memilih mengenakan jaket atau selimut tebal, bahkan saat berada di dalam rumah.
“Beberapa hari ini pagi-pagi terasa seperti di pegunungan. Air mandi juga lebih dingin dari biasanya,” ujar Anti, warga Desa Gemaharjo, Kecamatan Watulimo, Kamis (10/7/2025).
Fenomena bediding bukanlah sesuatu yang luar biasa secara klimatologi. Dikutip dari laman resmi Instagram @infobmkg, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa penurunan suhu ini bukan disebabkan oleh Aphelion — posisi tahunan bumi yang berada paling jauh dari matahari — melainkan oleh tiga faktor meteorologis khas musim kemarau.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya saat memasuki bulan Juli, seperti suhu dingin tahun 2022 dan suhu dingin 2023
3 Alasan Kenapa Trenggalek Dingin
Pertama, pengaruh angin monsun timuran atau angin dari arah Australia yang bersifat kering dan membawa udara dingin. Angin ini berhembus kuat menuju wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Trenggalek.
Kedua, langit malam yang cerah memicu pelepasan panas dari permukaan tanah lebih cepat ke atmosfer, membuat suhu udara di permukaan turun drastis saat dini hari.
Ketiga, hujan sporadis yang masih terjadi di beberapa wilayah membawa massa udara dingin ke daratan dan menghambat proses pemanasan dari sinar matahari pada siang hari.
BMKG juga menegaskan bahwa fenomena ini umum terjadi setiap musim kemarau antara Juli hingga September, dan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Namun demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dan kesiapan tubuh terhadap suhu rendah, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
“Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sebenarnya merupakan hal yang wajar dan terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September". Tulis BMKG dalam rilis resmi melalui akun Instagram @infobmkg.
BMKG meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya pada isu-isu yang tidak diverifikasi, dan menyarankan pemantauan cuaca dilakukan melalui kanal resmi seperti website www.bmkg.go.id, aplikasi Info BMKG, atau media sosial @infoBMKG.
Dengan suhu udara yang masih berpotensi turun dalam beberapa pekan ke depan, masyarakat Trenggalek disarankan mengatur aktivitas harian, terutama di luar ruangan pada malam dan dini hari, serta memperbanyak konsumsi makanan hangat untuk menjaga imunitas tubuh.
Kabar Trenggalek - Lingkungan
Editor:Zamz