KBRT - Menunaikan Ibadah Haji adalah rukun Islam yang kelima. Ibadah Haji juga diwajibkan oleh Allah atas umat yang terdahulu, bahkan tidak ada seorang Nabi pun yang diangkat oleh Allah kecuali telah menunaikan ibadah Haji.
Orang pertama yang menunaikan Ibadah Haji adalah Nabi Adam as. Selesai mengerjakan ibadah haji, Nabi Adam as. bertobat meminta ampun kepada Allah Swt. Dan tobatnya diterima sehingga dia telah bersih dari dosa dan kesalahan atas perbuatan yang pernah dilakukannya karena terbujuk oleh bisikan iblis pada masa yang lalu.
Haji diwajibkan bagi orang Islam yang mampu, hanya sekali seumur hidup. Mampu (istitha’ah) adalah sehat jasmani dan rohani, ada bekal untuk biaya perjalanan dan untuk yang ditinggalkan, serta ada kendaraan dan perjalanan aman.
Penilai mabrur tidaknya haji seseorang hanyalah Allah semata. Akan tetapi, paling tidak bisa mendapatkan tanda-tandanya. Jika tanda-tanda tersebut ada dalam ibadah haji, kita hendaknya mensyukuri atas taufik dan hidayah dari Allah.
Namun sebaliknya jika tanda-tanda tersebut tidak ada dalam ibadah haji kita, hendaknya kita mawas diri, istigfar, dan memperbaiki amalan serta berdoa. Berikut tanda-tanda haji mabrur dilansir dari buku Dakwah Cerdas: Ramadhan, Idul Fitri, Walimatul Hajj dan Idul Adha karya Dra. Udji Asiyah, M.Si.
Daftar Isi [Show]
Tanda-Tanda Haji Mabrur
Penuh Keikhlasan Hati
Niat menjalankan ibadah hanya semata karena Allah jika tidak ingin amal menjadi sia-sia tak bernilai. Karena yang hendak dicapai adalah rida Allah, bukan rida manusia.
Sehingga senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan.
Menjaga Diri dari Segala yang Diharamkan Allah
Menjaga diri baik dalam keadaan sepi sendirian atau ramai. Orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, biasanya dianggap masyarakat sebagai orang saleh karena secara lahiriah sudah sempurnalah rukun Islam yang dijalankannya.
Kalau masih melakukan maksiat walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudaratnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin. Maksiat yang diterjang tersebut merupakan tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.
Ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, maka ia menerjangnya, ataupun menganggap remeh suatu dosa. Tentunya ini yang akan membuat amalan jadi terhapus.
Menghindari Riya’ (Pamer)
Riya’ adalah penyakit yang dapat menjangkiti siapa saja, termasuk seorang yang sudah menunaikan ibadah haji. Riya’ itu sangat samar tapi berbahaya. Seseorang melakukan suatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian berharap mendapat pujian.
Hal termasuk riya’ dan bahayanya akan membatalkan serta menghapuskan amalan. Jika seseorang beribadah dengan maksud pamer di hadapan manusia, maka ibadah tersebut bisa batal dan tidak sah. Nabi saw. sangat mengkhawatirkan riya’ menimpa umatnya.
Menghindari Kesombongan
Salah satu penyakit hati dalam diri manusia yang dapat menghalangi jalan hidayah Allah Swt. adalah sifat sombong atau takabur. Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim maupun yang bodoh, dan lain-lainnya.
Sombong sebenarnya watak utama dari Iblis. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapa pun. Namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi, baik sombong dengan pangkat dan kedudukan, kekayaan, ketampanan/kecantikan maupun sombong karena ilmu dan kecerdasan, dan sebagainya.
Sikap sombong atau takabur biasanya memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain, merasa lebih sempurna dibanding orang lain.
Kabar Trenggalek - Edukasi
Editor:Zamz