Tantrum Menurut Pandangan Psikologi Islam

tantrum-menurut-pandangan-psikologi-islam

Ilustrasi. Ibu memeluk anak yang sedang tantrum/Foto: Pexels

Tantrum pada anak-anak adalah fenomena yang semakin sering menjadi perhatian di era modern ini. Dengan meningkatnya tekanan sosial, perubahan pola asuh, dan perkembangan teknologi, anak-anak saat ini sering menghadapi tantangan emosional yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.

Fenomena ini menuntut perhatian khusus dari orang tua dan pengasuh, mengingat dampaknya tidak hanya pada perkembangan emosional anak tetapi juga pada dinamika keluarga secara keseluruhan. Memahami penyebab dan cara mengelola tantrum dalam konteks kehidupan modern menjadi krusial untuk mendukung pertumbuhan anak-anak menjadi individu yang sehat secara emosional dan mental.

Tantrum adalah ledakan emosional yang umum terjadi pada anak-anak, terutama di usia prasekolah. Dalam konteks psikologi anak, tantrum dianggap sebagai bagian normal dari perkembangan emosional dan kognitif anak. Namun, tantrum menurut pandangan psikologi Islam tidak hanya dilihat dari aspek psikologis tetapi juga spiritual dan moral. Artikel ini akan membahas tantrum menurut pandangan psikologi Islam, penyebabnya, serta strategi penanganannya yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Islam, sebagai agama yang holistik, memberikan panduan yang komprehensif dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam mendidik anak. Pandangan Islam terhadap anak-anak penuh dengan kasih sayang dan pengertian. Al-Qur’an dan hadis memberikan banyak petunjuk tentang bagaimana memperlakukan anak-anak dengan rahmah (kasih sayang) dan sabar. Rasulullah SAW mencontohkan cara yang lembut dan penuh kasih sayang dalam menangani anak-anak, yang dapat dijadikan teladan oleh orang tua dalam menghadapi tantrum.

Dalam pandangan psikologi Islam, tantrum bukan sekadar perilaku negatif yang harus dihentikan, tetapi juga merupakan kesempatan bagi orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam. Ketika anak-anak mengalami tantrum, mereka sedang berusaha mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka yang belum bisa mereka komunikasikan dengan kata-kata. Di sinilah peran penting orang tua untuk membantu anak-anak memahami dan mengelola emosi mereka.

Mengelola tantrum dalam perspektif Islam melibatkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi anak serta penerapan prinsip-prinsip keislaman dalam pengasuhan. Islam mengajarkan pentingnya sabar dan kasih sayang dalam menghadapi tantangan, termasuk dalam mendidik anak. Orang tua yang dapat menerapkan ajaran Islam dalam mengelola tantrum anak-anak mereka tidak hanya membantu anak-anak mereka mengatasi ledakan emosional, tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual yang akan berguna sepanjang hidup mereka.

Pandangan Islam terhadap Emosi Anak

Dalam Islam, anak-anak dianggap sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dididik dengan baik, sebagaimana diamanatkan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis. Emosi anak, termasuk tantrum, adalah bagian dari fitrah manusia yang harus dipahami dan dikelola dengan bijaksana.

Rasulullah SAW mencontohkan cara yang lembut dan penuh kasih sayang dalam menangani anak-anak, sebagaimana tercermin dalam berbagai riwayat hadis. Hadis-hadis ini menunjukkan betapa beliau memperlakukan anak-anak dengan penuh pengertian, kesabaran, dan kasih sayang yang luar biasa.

Misalnya, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah memendekkan shalatnya karena mendengar tangisan anak kecil, menunjukkan betapa pentingnya memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak-anak bahkan dalam ibadah sekalipun.

Dalam pandangan Islam, memahami dan merespons emosi anak secara tepat adalah bagian integral dari tugas orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dengan baik. Islam mengajarkan bahwa mendidik anak bukan hanya tentang memberikan arahan atau disiplin, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kasih sayang, sabar, dan pengertian yang mendalam terhadap setiap aspek perkembangan emosional mereka.

Dengan pendekatan yang berdasarkan ajaran Rasulullah SAW, orang tua diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional dan spiritual anak-anak, membantu mereka untuk tumbuh menjadi individu yang seimbang dan berakhlak mulia.

Oleh karena itu, memahami tantrum dalam konteks ini bukan hanya melihatnya sebagai perilaku yang harus dikendalikan, tetapi sebagai kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai Islam yang mendalam dan mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi kehidupan dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan.

Penyebab Tantrum Menurut Psikologi Islam

1. Keterbatasan Komunikasi

Pada usia dini, anak-anak belum sepenuhnya mampu mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka melalui kata-kata. Keterbatasan ini sering kali menyebabkan frustrasi yang berujung pada tantrum. Dalam Islam, penting bagi orang tua untuk sabar dan membantu anak mengembangkan kemampuan komunikasinya.

2. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi

Anak-anak mungkin mengalami tantrum ketika kebutuhan dasar mereka seperti makan, tidur, atau perhatian tidak terpenuhi. Islam mengajarkan pentingnya memenuhi hak-hak anak, termasuk kebutuhan fisik dan emosional mereka.

3. Pola Asuh yang Tidak Konsisten

Pola asuh yang tidak konsisten atau keras dapat menyebabkan anak merasa tidak aman dan frustasi. Islam menekankan pentingnya rahmah (kasih sayang) dan sabar dalam mendidik anak. Orang tua dianjurkan untuk memberikan pengajaran dan disiplin dengan cara yang lembut dan penuh kasih.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang tidak kondusif, seperti rumah yang berantakan atau suasana yang penuh konflik, dapat memicu stres pada anak dan meningkatkan kemungkinan terjadinya tantrum. Islam mengajarkan pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang harmonis dan damai, yang dapat membantu anak merasa aman dan tenang.

Strategi Mengelola Tantrum Menurut Islam

1. Sabar dan Kasih Sayang

Sabar adalah kunci utama dalam menghadapi tantrum. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 153). Menunjukkan kasih sayang dan pengertian kepada anak ketika mereka mengalami tantrum adalah contoh nyata dari kesabaran.

2. Mengajarkan Nilai-Nilai Islam

Mengajarkan nilai-nilai Islam sejak dini, seperti shalat, doa, dan membaca Al-Qur’an, dapat membantu anak mengembangkan keterampilan mengelola emosi. Mengajak anak berdoa atau berdzikir ketika mereka merasa marah atau frustrasi dapat menjadi cara yang efektif untuk menenangkan mereka.

3. Memberikan Contoh yang Baik

Anak-anak belajar dari perilaku orang tua mereka. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam hal mengelola emosi dengan sabar dan tenang. Orang tua yang menunjukkan sikap tenang dan pengertian ketika menghadapi situasi stres memberikan contoh positif bagi anak-anak mereka.

4. Membuat Rutinitas yang Konsisten

Rutinitas yang konsisten memberikan rasa aman dan stabil bagi anak. Islam mengajarkan pentingnya keteraturan, seperti waktu shalat yang teratur setiap hari. Rutinitas harian yang terstruktur dapat membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi kemungkinan tantrum.

5. Menggunakan Pendekatan Pendidikan yang Lembut

Islam menganjurkan pendekatan pendidikan yang lembut dan penuh kasih sayang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Allah mencintai kelembutan dalam segala hal.” Menggunakan pendekatan yang lembut dan positif dalam mendisiplinkan anak dapat membantu mengurangi frekuensi tantrum dan mendukung perkembangan emosional anak.

Mengatasi Tantangan dalam Mengelola Tantrum

1. Mengembangkan Komunikasi Efektif

Mengembangkan komunikasi yang efektif dengan anak adalah salah satu cara untuk mengurangi tantrum. Dalam Islam, komunikasi yang baik dan penuh kasih sayang antara orang tua dan anak sangat dianjurkan. Mengajarkan anak cara mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata dan mendengarkan mereka dengan penuh perhatian adalah langkah penting dalam mengatasi tantrum.

2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang sangat penting dalam perkembangan anak. Menciptakan suasana rumah yang tenang, damai, dan penuh kasih sayang dapat membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi kemungkinan tantrum. Islam mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan dalam keluarga dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual dan emosional anak.

3. Melibatkan Anak dalam Aktivitas Spiritual

Melibatkan anak dalam aktivitas spiritual seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan menghadiri majelis ilmu dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan mengelola emosi dan merasa lebih tenang. Aktivitas spiritual ini juga dapat memperkuat ikatan keluarga dan memberikan anak rasa aman dan dukungan yang mereka butuhkan.

4. Menghargai Perilaku Baik

Menggunakan penghargaan dan penguatan positif untuk menghargai perilaku baik anak adalah strategi yang efektif dalam mengurangi tantrum. Dalam Islam, menghargai kebaikan dan perilaku positif adalah bagian dari mendidik anak. Memberikan pujian dan penghargaan ketika anak menunjukkan perilaku yang baik dapat mendorong mereka untuk terus berperilaku positif.

Jadi tantrum adalah fenomena umum dalam perkembangan anak yang mencerminkan proses pembelajaran emosional dan kognitif mereka. Dari perspektif psikologi Islam, tantrum bukan hanya gejala perilaku yang perlu ditangani, tetapi juga peluang bagi orang tua untuk menerapkan nilai-nilai keislaman dalam mendidik anak-anak mereka. Islam menekankan pentingnya rahmah (kasih sayang), sabar, dan hikmah (kebijaksanaan) dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam mengasuh anak.

Dalam menangani tantrum, orang tua dianjurkan untuk mengedepankan kesabaran dan kasih sayang, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Keteladanan beliau dalam berinteraksi dengan anak-anak penuh dengan kelembutan dan pengertian. Dengan mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW, orang tua dapat membantu anak-anak mereka belajar mengelola emosi mereka secara positif.

Selain itu, pendekatan Islam dalam mengelola tantrum mencakup aspek-aspek penting seperti komunikasi efektif, pemenuhan kebutuhan dasar anak, dan penciptaan lingkungan rumah yang harmonis. Orang tua yang mengajarkan nilai-nilai spiritual dan moral melalui contoh sehari-hari dapat memberikan fondasi yang kuat bagi anak-anak mereka untuk tumbuh menjadi individu yang sehat secara emosional dan spiritual. Pentingnya konsistensi dan rutinitas yang terstruktur juga ditekankan dalam Islam, karena ini memberikan rasa aman dan stabil bagi anak-anak.

Melibatkan anak dalam aktivitas spiritual, seperti shalat dan membaca Al-Qur’an, dapat membantu mereka merasa lebih tenang dan terhubung dengan nilai-nilai keislaman. Menghargai perilaku baik anak melalui penguatan positif adalah strategi yang efektif dalam mengurangi frekuensi tantrum. Islam mengajarkan pentingnya mengakui dan menghargai kebaikan, yang dapat mendorong anak-anak untuk terus berperilaku positif.

Secara keseluruhan, menangani tantrum dari perspektif psikologi Islam melibatkan pendekatan yang holistik dan berlandaskan nilai-nilai keislaman. Dengan memadukan kasih sayang, kesabaran, dan kebijaksanaan, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengatasi tantangan emosional dan tumbuh menjadi individu yang seimbang dan berakhlak mulia.

Melalui pendekatan ini, diharapkan anak-anak dapat belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik dan mengembangkan keterampilan yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia maupun di akhirat.

*Opini ini ditulis oleh Amizar Naufal Maulana, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Catatan Redaksi:

Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com

Exit mobile version