Nyadran Dam Bagong Trenggalek, Kepala Kerbau Dilarung

nyadran-dam-bagong-trenggalek-kepala-kerbau-dilarung

Kepala Kerbau yang bakal di larung ke Dam Bagong/Foto: Dokpim

Tradisi nyadran Dam Bagong Trenggalek berjalan setiap tahun. Hal ini dilakukan sebagai wujud syukur warga Kelurahan Ngantru, Trenggalek terhadap keberadaan Dam.

Dam Bagong menjadi penghidupan para petani. Karena aliran airnya sampai ke pelosok mengaliri ratusan hektar sawah yang menjadi penopang ekonomi di Bumi Menak Sopal.

Rangkaian acara dengan larung kepala kerbau tak hanya spontanitas. Namun dengan ritual yang dimulai dari titik sejarah yang ada di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, tepatnya Makam Mbok Roro Krandon.

Tradisi dikembalikan dan dilestarikan lagi oleh masyarakat Trenggalek. Sudirlan (69) sesepuh Kelurahan Ngantru mengatakan dengan adanya rangkaian itu sebagai wujud sambung sejarah.

Sudirlan (68) mengatakan menurut cerita rakyat waktu dam bagong melaksanakan pembangunan bendungan, dulu ada syarat harus memakai gajah putih, pada saat itu gajah putih dicari dimana-mana tidak ketemu.

“Ternyata di kediaman Nyi Roro Krandon ada gajah putih, namun tidak boleh dibeli. Akhirnya gajah putih dipinjam. Kemudian untuk memenuhi syarat pembangunan gajah putih disembelih,” katanya saat bercerita.

Dengan demikian, kaitan Nyi Roro Krandon dan Menak Sopal dalam hal membangun dam bagong soal gajah putih. Sehingga tahun ini, disambungkan kembali kirab mahesa dimulai dari makan Nyi Roro Krandon.

Sudirlan menerangkan dalam tradisi larung kepala mahesa (kerbau) dari cerita rakyat gajah putih kini menjadi kerbau. Namun, tak mengurangi sakral tradisi yang telah dipertahankan sejak dulu.

Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menerangkan kegiatan itu berlangsung pada Bulan Selo sebagai bentuk syukurnya para petani atas biasanya menanam, tersedianya air.

“Maka atas limpahan itu dicurahkan dengan bergotong royong melakukan sedekah bumi berupa penyembelihan Kerbau,” paparnya.

Mas Ipin juga berkesempatan langsung melarung kepala, berikut kaki dan kulit Kerbau Bule yang dinamakan warga setempat Suryo Maheso Tunggo kedalam Dam Bagong.

Menjadi sebuah tradisi turun temurun, kepala, kaki dan kulit kerbau ini kemudian diperebutkan warga.

Menjadi tontonan warga karena untuk mendapatkan kepala kerbau ini dilakukan dengan cara susah payah. Mereka harus menyelam mencari keberadaan kepala kerbau ini di kedalaman Dam Bagong.

“Terima kasih seluruh masyarakat Ngantru dan Masyarakat Desa Kerjo, serta masyarakat yang juga menerima manfaat aliran sungai Dam Bagong. Terima kasih ini bentuk syukur. Kerbaunya memilih yang terbaik jadi syukurnya betul-betul syukur,” tandasnya.

Exit mobile version