Kisah Fitriana Wahyu Mutoharoh, Perintis Pertama Hijab Khas Trenggalek

kisah-fitriana-wahyu-mutoharoh-pertama-hijab-khas-trenggalek

Fitriana Wahyu Mutoharoh, Petintis Pertama Hijab Khas Trenggalek/ Foto: Deva Elisia (Kabar Trenggalek)

Fitriana Wahyu Mutoharoh (25) menjadi pengusaha hijab khas Trenggalek. Kisahnya bermula dari memiliki rasa cinta terhadap tanah kelahirannya Trenggalek. Ia memang memiliki tujuan sederhana, yaitu mengenalkan Kabupaten Trenggalek kepada masyarakat luas.

Sebagian besar orang mengetahui bahwa Kabupaten Trenggalek terkenal dengan wisata, kuliner dan budaya. Bagi Fitriana, sebagian orang banyak yang mengetahui Trenggalek melalui foto ataupun tulisan. Ia memiliki metode sendiri untuk mengenalkan kekayaan alam dan budaya Kabupaten Trenggalek.

Salah satu metodenya yaitu dengan memproduksi hijab dengan motif yang mencerminkan Kabupaten Trenggalek. Tak hanya memproduksi, ia juga aktif dalam memasarkan produknya melalui media sosial.

“Awal mulanya karena memang sayang sama Trenggalek. Jadi, menggerakkan untuk gimana ya caranya tuh biar Trenggalek tetap disukai sama masyarakat? Meskipun engga di Trenggalek, orang tahu kalau Trenggalek punya ini loh,” cerita Fitriana.

“Punya wisata yang cantik-cantik bagus-bagus kayak pantai tebing dan lain-lain terus punya wisata rohani terus kayak punya kebudayaan yang unik kayak langsung sembuhnya dan lain-lainnya. Bagaimana itu bisa dikenalkan ke masyarakat tapi tanpa harus itu harus tulisan enggak harus foto gitu,” tambah Fitriana.

Selama Fitriana berada di SMA hingga kuliah, ia aktif dalam kegiatan yang mengharuskannya mengenakan hijab. Pada masa itu, muncul keinginan dalam dirinya untuk menggambarkan identitasnya sebagai perempuan asal Kabupaten Trenggalek melalui penggunaan hijab.

“Soalnya aku pernah mengalami kegiatan kan SMA, kuliah itu kan sering jadi Duta. Nah di beberapa kegiatan itu, kalau aku dulu bayangkan harusnya akau pakai sesuatu yang bisa menggambarkan kalau aku itu dari Nggalek [Trenggalek],” cerita Fitriana.

Usaha hijab yang ia lakoni saat ini didirikan pada bulan Februari 2021. Fitriana mengaku memilih bisnis hijab karema senang mengoleksi hijab. Lalu, ia mengusung tujuan supaya masyarakat juga sayang dengan Kabupaten Trenggalek.

“Saya suka mengoleksi hijab. Terus bawa misi juga untuk orang juga sayang sama Trenggalek. Sekarang kan banyak hijab-hijab yang brandnya besar-besar. Hijab ini tidak ingin menyaingi tapi aku ingin juga membawa ayo nggaleknya [Trenggaleknya] harus juga ikut,” cerita Fitriana.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia memang sudah gemar dalam menggambar. Dari menggambar, ia menginginkan hasil gambarnya memiliki manfaat. Akhirnya, keinginan itu ia tuangkan pada motif yang mencerminkan khas Trenggalek.

Fitriana mengakui bahwa proses menggambar motif-motif yang akan diaplikasikan pada kain hijab membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 2 minggu.

Di Balik Nama Brand Milik Fitriana

Memiliki rasa cinta pada Kabupaten Trenggalek membawa Fitriana pada ide untuk menciptakan brand hijab yang mencerminkan kekayaan daerahnya.

Namun, dalam proses tersebut, Fitriana mengakui mengalami kebingungan dalam memilih nama yang sesuai. Bagi dia, kriteria utama adalah agar nama brand hijab miliknya mudah diucapkan, lebih tepatnya oleh masyarakat Trenggalek.

Pada awalnya, Fitriana pernah menciptakan brand yang bernama “Kazahra”. Ia mengaku nama brand tersebut sudah memiliki logo. Tak hanya itu, brand Kazahara juga telah merilis beberapa series hijab.

Setelah dipikir kembali, baginya nama tersebut tidak menggambarkan identitas dari Kabupaten Trenggalek. Hingga akhirnya memutuskan untuk ganti nama.

“Dulu itu pernah sempat mumet [pusing] juga mikir namanya sama Mas [suami]. Mas itu punya brand namanya galekan_id. Aku juga pengin punya brand yang orang gampang ingat. Terus mudah diucapkan dan itu lidahnya lidah-lidah orang nggalek [Trenggalek]. Jadi kayak ketika dilafalkan itu ya bukan ke barat-baratan tapi emang dilafalkan orang nggalek fasih untuk melafalkan,” cerita Fitriana.

“Dulu itu pernah buat Kazahra, cuma kok kayaknya enggak nyambung sama nggalek ya. Terus ada brand kan namanya Azahra takut e orang-orang mikirnya punyanya Azahra itu. Padahal ini punya nggalek, akhirnya ndak jadi. Sudah buat logonya sudah nyetak. Sudah keluar beberapa series dengan nama Kazahra. Akhirnya pindah nama harus nggalek karena untuk Trenggalek,” tambah Fitriana.

Lalu, Fitriana mempertimbangkan untuk menamai brand hijab dengan menggunakan kombinasi namanya dan suaminya. Namun, kesadaran tumbuh bahwa ini bukan hanya untuk mereka berdua.

Fitriana pun tetap fokus mencari ide yang dapat mencerminkan esensi Trenggalek untuk menjadi identitas yang sesuai bagi brand hijab yang dibuatnya.

Ia berdiskusi dengan suaminya. Akhirnya, ide pertama yang muncul itu “Galee”. Nama tersebut diambil dari kata Trenggalek yang seringkali diringkas menjadi “Nggalek”.
Baginya nama “Galee” tampak aneh. Lalu, suaminya menyarankan untuk nama belakangnya terdapat kata “Ya”. Hingga menemukan nama brand yang sampai saat ini digunakan yaitu “Galeya”.

“Sempat kepikiran pakai nama-namaku sama namanya Mas. Tapi kan ini bukan untuk saya dan Mas, ini untuk Trenggalek jadi harus brandnya brand Trenggalek,” ujar Fitriana.

Fitriana mengaku, brand Galeya Hijab ini merupakan hijab khas Trenggalek yang pertama. Bersama suaminya, ia melakukan riset dan menemukan bahwa Galeya Hijab ini produk hijab khas Trenggalek pertama yang menggunakan teknologi printing. Motif-motif yang dituangkan dalam selembar kain dengan mengusung kekayaan alam dan budaya kabupaten Trenggalek.

Series yang Menjadi Khas Kabupaten Trenggalek

Semenjak berdiri pada tahun 2021, Galeya Hijab kini telah merilis beberapa series hijab yang bermotif kekayaan alam dan budaya di Kabupaten Trenggalek. Salah satu series yang pertama ialah “Waheeda Series” yang dirilis pada 5 Maret 2023.

Series yang pertama ini dikeluarkan untuk mengklaim hijab batik khas Trenggalek yang pertama. Fitriana menceritakan, Waheeda Series terinspirasi dari motif batik khas Trenggalek. Motif parang cengkeh dan truntum cengkeh dipadukan dengan motif floral minimalis menambah kesan simpel dan elegan namun tetap etnik.

“Ini series pertama Waheeda Series. Ini dikeluarkan untuk mengklaim hijab-hijab batik khas nggalek pertama di Trenggalek,” kata Fitriana.

Dalam series yang pertama terdapat berbagai varian warna yaitu maroon, navy, purple dan mocca. Setelah Waheeda Series, Galeya Hijab merilis series yang kedua yaitu “Pendhapa Manggala Series”.

Pandhapa Manggala Praja Nugraha, merupakan pendhapa Kabupaten Trenggalek yang sampai saat ini digunakan untuk aktivitas pemerintahan, publik, maupun penerimaan tamu daerah.

Bagi Fitriana, hanya Pendhapa di Kabupaten Trenggalek memiliki bentuk yang khas. Melalui motif ini, Galeya Hijab berupaya supaya masyarakat luas selalu mengenal dan mengenal dengan Trenggalek. Salah satunya melalui bangunan, yakni Pendhapa Manggala Praja Nugraha.

“Terus ada lagi yang paling khas itu Pendhapa. Pendhapa itu kan setiap kabupaten khas, hanya Manggala Praja Nugraha yang punya bentuk seperti itu dan adanya kan hanya di Trenggalek. Nah itu harus aku angkat bentuknya dalam bentuk hijab yabg warnanya lebih soft dari yang [series] pertama,” cerita Fitriana.

Pendhapa Manggala Series telah rilis pada 15 Agustus 2023. Series ini memiliki beragam varian warna yaitu peach, lemon, Red, sweet black, fresh yellow, fresh pink, sweet white, navy, dan alice blue.

Series yang ketiga yaitu “Mono Cengkeh”.
Kabupaten Trenggalek memang memiliki kekayaan alam salah satunya cengkeh. Pada series ini dirilis pada 6 Oktober 2023.

Ia menjelaskan, motif cengkeh pada series ini dibuat lebih mudah dengan gabungan warna yang lembut.

“Ini ada mono cengkeh maksudnya ini monogram cengkeh. Motifnya lebih simple kayak gini cengkehnya jadi dikombinasi warnanya kalem-kalem. Soalnya cengkeh yang pertama tadi kan warnanya mencolok kuat. Nah ini dibuat warna yang kalem-kalem baru warna-warna yang kuat lagi,” jelas Fitriana.

Dalam series berikutnya, seperti Sulur Cengkeh dan Sekaran Series, Galeya Hijab tetap mempertahankan kehadiran unsur cengkeh khas Trenggalek. Bagi Fitriana, Sulur Cengkeh terinspirasi dari motif batik khas Trenggalek yaitu “Kembang Cengkeh”.

Sedangkan untuk series Sekaran, terinspirasi dari bunga yang bermekaran serta digabung dengan cengkeh sebagai motif batik khas Trenggalek.

Series selanjutnya yaitu “Aksara Series”. Series ini rilis pada 5 November 2023. Menurut Fitriana, series ini terdiri dari kata “Trenggalek” yang ditata menjadi sedemikian cantik, dan diracik bagus dengan tema two tone colour.

“Aksara series itu isinya kata Trenggalek, apa ya kata Trenggalek yang disebar gitu loh. Kayak misalkan katanya itu dipegang terus disebar,” cerita Fitriana.

Dalam series Aksara, Galeya Hijab memiliki misi yang sederhana. Yaitu mengajak setiap individu yang melihat, mengenakan, bahkan mengoleksi hijabnya, untuk terus merasakan cinta dan kebanggaan terhadap Trenggalek.

Kabupaten Trenggalek memiliki wisata edukasi pertanian yaitu Agropark. Oleh karena itu, Fitriana memiliki keinginan untuk mewujudkan kedalam motif kain hijabnya. Ia memasukannya kedalam series yaitu “Agro Series”.

“Di Trenggalek itu kan kita punya di tengah-tengah kotanya ada Agropark. Aku mau ngangkat Agroparknya sebagai wujud Trenggalek itu kan apa ya komoditas utamanyakan pertanian makanya harus dimunculkan dalam bentuk hijab ini logonya Agropark. Terus bawahnya harus ada cengkehnya,” cerita Fitriana.

Agro Series rilis pada 12 November 2023. Series ini tak hanya bermotif Agropark, ia menambahkan motif cengkeh.

“Tapi agronya itu tidak terlalu dimunculkan karena kan nggak semua orang. Mungkin ada orang yang malu kalau tau Agropark. Makanya dibuat kayak se-soft mungkin. Tapi maksudnya tetap tersampaikan, warnanya ada yang kuat ada yang soft,” tambah pemilik Galeya Hijab itu.

Lalu terdapat series bernama “Tugu Pancasila”. Series ini rilis pada 28 November 2023. Bagi Fitriana, ia selalu menuangkan motif dari ciri khas Kabupaten Trenggalek. Pada series ini, terdapat motif Tugu Pancasila khas Trenggalek dan menggabungkan dengan motif Pendhapa Manggala Praja Nugraha

Galeya Hijab yang dikelolanya kini telah merambah pasar hingga ke Lombok. Beberapa kota lain seperti Tangerang, Jakarta, Kalimantan, Jogja, dan Malang juga menjadi tujuan pesanan untuk hijab khas Trenggalek ini.

“Ada yang Kalimantan, ada ke Jogja. Biasanya itu orang-orang Trenggalek yang domisili sekarang disana. Jadi mungkin sebagai obat rindunya kali ya sama Nggalek,” jelas Fitriana.

“Lombok, Kalimantan kemarin belinya dia series yang Agro sama Dilem Wilis itu biasanya dipakai untuk sekolah,” tambah Fitriana.

Dalam pengalamannya, Fitriana menceritakan momen unik ketika mendapat pesanan dari seorang pelanggan di Malang. Pelanggan tersebut memesan sebanyak 35 hijab dengan motif Pendhapa Trenggalek.

“Nah kemarin ada Camat Malang itu order Galeya Hijab sejumlah 35 kalau nggak salah. Yang Pendhapa [Series Pendhapa] nya Nggalek [Trenggalek]. Saya sudah menjelaskan, Bu ini hasilnya Nggalek semua ya. [Dan beliau menjawab] iya enggak papa,” cerita Fitriana.

Fitriana berharap, sebagian orang Trenggalek mengenal Galeya Hijab. Sebab, Galeya memiliki misi untuk mengajak semua orang sayang dengan Kabupaten Trenggalek. Selain itu, ia menginginkan Galeya ini dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Trenggalek.

Exit mobile version