5 Pemuda Trenggalek Usung Lagu Daerah Lewat Band Kawulo Suwung

5 pemuda trenggalek usung lagu daerah band kawulo suwung

Band Kawulo Suwung tampil di acara Gebyar Budaya Trenggalek 2023/Foto: Ghani Yoseph (Kabar Trenggalek)

Suara gamelan diiringi gitar elektrik menghiasi Alun-Alun Kabupaten Trenggalek malam itu, Sabtu (2/12/2023). Tak berselang lama, nyanyian lagu daerah Trenggalek nimbrung di tengah alunan suara instrumen etnik yang berpadu instrumen elektronik. Lima musisi Trenggalek yang sedang tampil itu menamai diri mereka sebagai Band Kawulo Suwung.

Band Kawulo Suwung berhasil menampilkan gubahan lagu “Kutho Trenggalek” dan “Monggo Tindak Trenggalek” dengan suasana baru. Malam itu mereka menjadi salah satu penampil di gelaran Gebyar Budaya Trenggalek 2023.

Mereka ialah Joni Prasetyo (vokal), Ahmad Luthfi Prasetya (sequencer & keyboard), Yosi Primahasta (gitar), Iksan (bass) dan Ligar Suprayogo (drum & perkusi). Lima pemuda asli Trenggalek ini berusaha merawat lagu daerah yang jarang didengar oleh generasi muda.

“Kami pengin untuk mengangkat budaya [lagu daerah] itu. Kalau yang nguri-nguri [melestarikan] orang-orang dewasa, orang yang sudah sepuh [tua], gimana budayanya nanti? Jadi kita sebagai pemuda ingin melestarikan budaya utamanya,” ujar Joni pada Kabar Trenggalek.

Di Balik Nama “Suwung”

Kisah Band Kawulo Suwung bermula dari obrolan Joni, Ahmad Luthfi dan Yosi di sebuah warung kopi tahun 2021 silam. Setelah mendengarkan lagu “Kutho Trenggalek” yang dipopulerkan oleh Ning Tipah, mereka bertiga meresahkan hal yang sama.

Tiga sejawat itu resah sebab kurangnya perhatian anak-anak muda Trenggalek terhadap lagu daerahnya sendiri. Mereka mengaku jarang menemui anak-anak muda yang membawakan lagu daerah pada gelaran pementasan di Trenggalek.

“Kami punya keresahan ini. Eman ya, sayang lagunya milik Trenggalek, di dalam lagunya [Kutho Trenggalek] liriknya itu menceritakan potensi-potensi dari alam sampai wisata bahari dari Trenggalek ada di dalam lagu itu, dan sayang sekali jarang dibawakan,” ujar Joni.

Di sisi lain, mereka menilai bahwa lagu-lagu daerah kurang masuk di telinga anak-anak muda sebab kurang diminati dari segi aransemen. Mereka akhirnya coba menciptakan gubahan lagu di sela-sela waktu senggang.

Bermodal improvisasi dan fasilitas yang ada di studio milik Ahmad, terciptalah gubahan lagu daerah versi mereka. Salah satu yang mereka gubah ialah lagu “Kutho Trenggalek”. Mereka memadukan unsur etnik seperti instrumen gamelan dengan genre Electronic Dance Music (EDM).

Bagi mereka, mengangkat daerah lewat bermusik adalah aktivitas terbaik yang bisa mereka lakukan saat waktu luang. Hal inilah yang mendasari mereka mengusung nama “Kawulo Suwung”. Dalam bahasa Jawa, “suwung” bermakna kosong atau hampa. Apabila dalam penggunaan bahasa sehari-hari, suwung dipahami sebagai perasaan bingung saat tak ada aktivitas.

“Kalau mau diudhar [dibedah] lagi, suwung itu kan berarti masih kosong. Nah [kekosongan waktu] ini tuh mau diisi apa? Makanya kami berusaha membuat karya. Biar kami sebagai musisi itu minimal ada karya untuk bisa dinikmati sendiri, dinikmati masyarakat, bahkan hingga lingkup nasional,” terang Joni.

Keinginan Kuat untuk Mengangkat Daerah

Klip Lagu “Monggo Tindak Trenggalek” oleh Band Kawulo Suwung/Foto: Primahasta (YouTube)

Sejak tahun 2021 hingga saat ini, Band Kawulo Suwung masih meniti perjalanannya. Setelah sempat bongkar pasang personil, kini terbentuk formasi band yang bisa kita kenal sekarang.

Mereka berlima datang dari latar belakang profesi yang berbeda. Joni sang vokalis merupakan guru di salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Trenggalek. Pria kelahiran 1993 itu mengajar mata pelajaran matematika.

Berbeda dengan Ahmad Luthfi yang menggawangi keyboard dan sequencer. Sehari-hari, Ahmad Luthfi menjalankan bisnis rekaman di studio miliknya sendiri. Sedangkan Yosi sang gitaris merupakan videografer. Dua personil sisanya, Iksan dan Ligar, merupakan musisi yang seringkali tampil di acara pernikahan.

Kendati berasal dari profesi yang berbeda, terdapat kesamaan yang menyatukan mereka. Satu hal yang menyatukan mereka ialah kecintaan terhadap tanah kelahiran mereka, Kabupaten Trenggalek. Kecintaan ini juga menjadi visi mereka dalam menciptakan karya musik.

Genre gabungan EDM-etnik mereka pilih sebab kebetulan Ahmad Luthfi juga merupakan lulusan institut seni jurusan etnomusikologi. Selain itu, Band Kawulo Suwung mengaku mendapatkan inspirasi bermusik dari musisi ternama Alffy Rev.

Hingga saat ini, Band Kawulo Suwung telah mengunggah beberapa video musik di kanal YouTube “Primahasta” milik sang gitaris. Di sana, Band Kawulo Suwung mendapatkan banyak apresiasi melalui kolom komentar.

Band Kawulo Suwung juga mengunggah karyanya pada platform streaming musik Spotify. Karya yang mereka unggah ialah hasil aransemen ulang lagu-lagu daerah. Mereka juga mengaku merasakan tantangan tersendiri dalam mengaransemen lagu daerah.

“Melihat band-band kan jarang untuk berani membawakan lagu-lagu daerah dan itu kan tantangannya luar biasa. Soalnya tadi, kita ada musik etniknya, musik tradisional itu kan juga sulit kalau enggak tahu juga pakemnya,” ujar Joni.

Sang keyboardist, Ahmad Luthfi, membeberkan lebih jauh perihal tantangan tersendiri untuk menggubah lagu daerah yang merupakan musik tradisi. Katanya, “Kesulitan dari [menggubah] musik yang benar-benar pure [murni] tradisi itu kalimat-kalimat nada sama progresi chord-nya berbeda. Kayak ‘lempeng’ gitu. Dibuat gimana biar lebih menarik, gak bosenin dan lebih elegan juga”.

Melewati tantangan itu, Band Kawulo Suwung berhasil menyuguhkan suasana musik ‘kekinian’ khas karakter mereka. Misalnya lagu “Monggo Tindak Trenggalek” ciptaan Agus Sarondeng. Lagu yang mulanya kental bernuansa campursari itu berubah nuansa menjadi lebih segar di tangan Band Kawulo Suwung.

“Intinya ya dimodifikasi agar lebih kekinian dan bisa diterima semua kalangan. Tidak hanya anak muda, tetapi juga orang-orang dewasa yang mungkin lebih suka musiknya [genre EDM]. [Namun] Kami [juga] enggak ketinggalan musik tradisionalnya,” ujar Joni.

Dari karya yang mereka buat, Band Kawulo Suwung berharap agar dapat menginspirasi pemuda lain untuk mengangkat karya asal daerah.

“Selain itu juga kalau bisa dari Kawulo [Suwung] bisa memecut musisi-musisi Trenggalek atau pemuda Trenggalek bisa membawakan lagu-lagu daerah, terus budaya-budaya diangkat lagi,” tambah Joni.

Ke depan, Band Kawulo Suwung akan tetap berusaha menciptakan karya yang mengangkat lokalitas daerah. Lebih spesifik, mereka mencoba konsisten untuk fokus mengangkat lagu-lagu daerah asal Trenggalek.

“Fokus di Trenggalek dulu, walaupun nanti juga tidak menutup kemungkinan bisa mengangkat lagu-lagu daerah Jawa Timur. Jadi biar gimana, kami ingin mengangkat budaya itu,” terang Joni.

Bagi Band Kawulo Suwung, Kabupaten Trenggalek memiliki maknanya tersendiri. Mereka memandang bahwa Trenggalek ialah bumi yang sangat kaya dari segi alam maupun manusianya. Kearifan Trenggalek perlu dimaknai dan dihayati sebagai identitas para warganya.

“Bagiku Trenggalek itu apa adanya. Untuk warga Trenggalek, jadilah diri kalian masing-masing. Jangan menjadi orang lain,” pungkas Ahmad Luthfi.

Exit mobile version