Menghadapi Tahun Politik 2024, Apa yang Bisa Dilakukan Anak Muda Trenggalek?

tahun politik 2024 yang bisa dilakukan anak muda Trenggalek

Foto anak muda Trenggalek saat mengikuti Festival Keadilan/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Di tahun politik 2024 apa yang bisa dilakukan anak muda Trenggalek? Hanya sebatas memilih calon presiden dan calon legislatif, setelah itu ‘ya, udah selesai’? Sepertinya pertanyaan ini harus kita, anak muda Trenggalek, cari tahu jawabannya. Sebab, sampai saat ini keterlibatan anak muda Trenggalek masih sebatas ‘suara’. Kemudian didaur partai politik untuk memilih calon yang diusung.

Di tahun politik 2024 dan seterusnya, saya mengajak anak muda Trenggalek untuk mulai peduli dengan perpolitikan nasional dan regional (Trenggalek). Sebab, kalau kita bicara tentang politik itu luas. Tak sebatas memilih dan mencalonkan diri sebagai penguasa negara.

Kita sebagai anak muda adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang mengurus dan mengambil kebijakan untuk diterapkan pada masyarakat Indonesia. Sementara, pengambilan kebijakan negara didapat lewat proses politik. Jika kita tidak ikut terlibat, kebijakan pemerintah akan ngawur dan tidak memihak pada masyarakat Indonesia.

Berkaca pada yang sudah terjadi, di Trenggalek ada tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) dan investornya Far East Gold dari Australia. Proses perizinan tambang emas ini tanpa melibatkan masyarakat Trenggalek. Padahal, potensi daya hancur yang ditimbulkan akan berdampak langsung pada masyarakat Trenggalek.

Selain itu, PT SMN tidak memiliki Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Jika tidak memiliki IPPKH ini, PT SMN tidak boleh melakukan aktivitas eksplorasi tambang emas di Trenggalek. Namun, beberapa waktu silam PT SMN kepergok masyarakat melakukan aktivitas di Dusun Ngadimulyo, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak. Hingga akhirnya mereka diusir oleh masyarakat yang tak mau alamnya rusak.

Kasus tambang emas PT SMN ini sudah menjadi tanda darurat bahwa negara, lewat pemerintah, dalam menjalankan tugasnya melindungi rakyat mulai terabaikan. Kebijakan yang mereka ambil sama sekali tidak memihak pada rakyat.

Belum lagi kasus-kasus di tempat lain yang menunjukkan negara telah menindas rakyatnya. Seperti penculikan tiga petani Pakel Banyuwangi, penggusuran rumah dan sawah rakyat di Kulon Progo Yogyakarta untuk pembangunan bandara, kekerasan aparat negara (polisi dan tentara) terhadap masyarakat Pulau Rempang, dan kriminalisasi Budi Pego, pejuang lingkungan Banyuwangi.

Ini masih sebagian kecil bukti-bukti bahwa negara telah gagal melindungi rakyatnya. Bahkan, negara jadi penindas rakyat yang seharusnya mereka lindungi. Selain itu, menunjukkan proses politik selama ini masih jauh dari kata ideal. Ditunjukkan para pemangku kebijakan yang tak memiliki keberpihakan pada rakyat.

Sehingga timbul pertanyaan baru, eksistensi negara ini berpihak pada siapa? Pertanyaan baru ini tidak saya bahas dalam tulisan ini. Melainkan menjadi pembahasan lain yang tentunya perlu kita jadikan diskursus bersama.

Alarm darurat telah berbunyi. Saatnya kita tergerak melakukan sebuah gerakan bersama untuk mengubah kondisi dan mengembalikan fungsi negara sebagaimana mestinya.

Yang Bisa Dilakukan Anak Muda Trenggalek

Berkaca pada uraian sebelumnya, sudah saatnya kita anak muda Trenggalek mengambil peran dalam dunia politik. Tentu dengan tujuan mengembalikan fungsi negara sebagai pengayom dan pelindung rakyat yang sesungguhnya.

Pada hari Sabtu – Minggu (23-24/09/2023) lalu saya mengikuti Sekolah Politik Progresif 2 yang diselenggarakan Social Movement Institute (SMI) di Yogyakarta. Saya dan peserta lain mendapatkan materi yang menarik dan bisa jadi pemantik. Salah satunya materi yang diberikan Bung Haris Azhar. Ia memberikan materi tentang Gerakan Sosial.

Dalam sesinya, Bung Haris manyampaikan bahwa momentum politik elektoral (pemilu 2024) bisa dijadikan pemicu untuk memulai sesuatu yang baru, yang alternatif dan mendorong perubahan.

Saya memaknai pernyataan Bung Haris ini dalam momentum pemilu 2024 kita, anak muda tak sebatas memilih. Atau bahkan menjadi buruh politik. Melainkan harus melakukan perubahan dan meninggalkan sikap pragmatisnya terhadap politik. Lalu menghindari tawaran politik praktis dan memperjuangkan politik nilai.

Sebagai pemilih, apa yang bisa kita lakukan sebenarnya ada beragam. Misalnya, saat memilih nanti ada baiknya kita melihat calon presiden berdasarkan rekam jejak dan pihak-pihak penyokongnya. Jangan hanya melihat dia memiliki latar belakang identitas sama, kemudian kita memilihnya tanpa pernah mempertimbangkan hal lain.

Misalnya kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memilih Muhaimin Iskandar karena kebetulan ia pernah berproses di sana. Tanpa dilihat bagaimana sepak terjangnya, catatan selama ia hidup, dan pihak-pihak penyokongnya. Seandainya penyokongnya pengusaha, ada ancaman Indonesia bakal dikuasai oligarki (lagi).

Oh iya, kenapa saya ambil contoh PMII? Karena saya juga anggota dan kader PMII.

Kemudian, kita bisa bekumpul dan menyamakan presepsi tentang bagaimana bangsa Indonesia ini ke depan. Kita perjuangkan nilai-nilai keadilan sosial dan kemanusiaan.

Sehingga, siapapun presiden nanti yang menang, kita harus mengawasi setiap kebijakan yang ia ambil, apakah sesuai dengan nilai-nilai yang kita perjuangkan? Bahkan, kalau perlu diawasi selama 24 jam. Dan saat pemerintah mengambil kebijakan ngawur, kita bisa bersama-sama turun ke jalan untuk mengadilinya.

Selain itu, untuk menghadapi tahun politik 2024, anak muda Trenggalek juga bisa mengadakan semacam kelas atau sekolah yang membahas kondisi negara saat ini. Salah satu tujuannya untuk saling berbagi pengetahuan agar barisan anak muda Trenggalek kian kuat. Serta memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga suaranya memiliki pengaruh.

Kesimpulannya, menurut saya yang bisa dilakukan anak muda Trenggalek menjelang tahun politik 2024 adalah berkumpul dan bersatu untuk melakukan gerakan sosial, melibatkan masyarakat lain dan mulai perhatian terhadap kondisi negara.

Sekalipun kita apatis dan hobi rebahan, kalau melihat kondisi negara sekarang, seharusnya sudah mulai gusar. Bayangkan, saat asik-asik tidur di rumah, kita tergusur proyek oligarki karena pemerintah tidak diawasi.

Sebagai penutup, saya ingin menggunakan kutipan pernyataan Muhammad Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia, yang saya temukan di dinding sekretariat SMI.

“Wujud segala politik adalah memperbaiki kehidupan rakyat, memerdekakan kehidupan rakyat”

Exit mobile version