Kuatkan Solidaritas, Petani Pakel Banyuwangi Berbalas Surat dari Balik Jeruji Penjara

petani pakel banyuwangi berbalas surat dari balik penjara

Suwarno, salah satu petani Pakel yang dikriminalisasi/Foto: Alvina NA (Kabar Trenggalek)

Solidaritas terhadap tiga petani Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, yang dipenjara atas dugaan penyebaran berita bohong terus bergulir. Tiga petani itu adalah Mulyadi (Kades Pakel) Suwarno (Kasun Durenan), dan Untung (Kasun Taman Glugoh).

Kali ini, solidaritas dilakukan melalui cara mengirim lembaran surat. Surat itu datang dari warga maupun jejaring solidaritas petani Pakel. Kemudian, tiga petani Pakel Banyuwangi berbalas surat dari balik jeruji penjara.

Upaya menggalang surat solidaritas itu dilakukan pada Kamis (07/09/2023). Kemudian, Sabtu (16/09/2023), surat-surat itu terkumpul dan dibaca oleh semua warga yang tergabung dalam Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP). Lalu, surat-surat itu dikirim ke tiga petani Pakel yang di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Banyuwangi.

Salah satu surat dari jejaring solidaritas, menyampaikan doa supaya tiga petani Pakel diberkahi kesehatan. Surat itu juga menguatkan tiga petani Pakel untuk terus bertahan hingga sidang dimenangkan.

“Kalian sebentar lagi pulang. Aku yakin itu. Bertahan, ya, kalian sampai sidang dimenangkan. Kawan-kawan solidaritas dan warga Pakel gak ada yang meninggalkan. Kita semua masih bertahan. Kita semua masih melawan,” tulis jejaring solidaritas Pakel.

Surat berikutnya datang dari Terapi Minor, salah satu tahanan di balik jeruji besi lainnya. Ia menyampaikan supaya tiga petani Pakel tetap kuat dan tenang karena sangat banyak dukungan kepada mereka. Tidak hanya dari Indonesia, dukungan datang dari Belanda, Asia Tenggara, Australia, dan negara Eropa lainnya.

“Bagaimana kondisi di sana? Semoga baik dan sehat, jangan lupa untuk berjemur dan olahraga, ya, Pak. Kalau sudah di Lapas, jaga kesehatan dan jangan terlalu kepikiran aneh-aneh, perjuangan masih tetap berlanjut Pak. Keluarga tercinta dan kawan-kawan yang bersolidaritas sangat menanti kepulangan bapak-bapak sekalian kelak. Jangan padamkan api semangatnya, ya, Pak! Tetap kuat & istiqomah, pasti Tuhan kasih jalan terbaik,” tulis Terapi Minor.

Surat solidaritas juga datang dari Bima Satria Putra, tahanan di Lapas Palembang. Bima mengatakan, tiga petani Pakel telah menjadi inspirasi tentang kegigihan perjuangan, serta estafet berkelanjutan dari satu generasi ke generasi lainnya.

“Ini mengingatkan kita bahwa kita belum merdeka. Bahwa Indonesia sama saja dengan Belanda, dan bahwa sifatnya negara adalah merampas dan menjaga kepentingan kaum penghisap dan penindas rakyat!” tulis Bima.

Bima menyampaikan, masa tahanan tiga petani Pakel akan berlangsung seperti kedipan mata. Oleh karena itu, mereka perlu bersabar dan menguatkan diri. Ia yakin, tiga bahwa mereka bakal bebas lebih awal tanpa menyadarinya nanti.

“Saya sendiri dengan potongan masa tahanan akan bebas setidaknya pada 2028. Jika semesta mengizinkan, biar saya berkunjung ke Pakel suatu saat nanti. Ini bukan solidaritas sesama tahanan. Ini solidaritas sesama manusia merdeka. Apalah jeruji besi ini jika api di dada kita berkobar!” tegas Bima.

Semua surat-surat solidaritas itu sudah dibaca oleh tiga petani Pakel. Setelah itu surat balasan dari balik jeruji penjara ditulis oleh Suwarno. Surat balasan sampai ke warga dan jejaring solidaritas Pakel pada Rabu (20/09/2023).

Suwarno menulis surat balasan itu dalam bahasa arab di robekan selembar kertas buku tulis. Melalui surat itu, Suwarno mewakili warga Pakel mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya untuk perjuangan warga Pakel.

Surat balasan Suwarno dari balik jeruji penjara/Foto: Dokumen RTSP

“Kalian telah banyak berkorban untuk warga Pakel. Mudah-mudahan, di luar kalian selalu di beri kesehatan dan keselamatan oleh Allah, Amin. Saya, Untung, Mulyadi yang hampir delapan bulan berada di dalam penjara dalam keadaan baik-baik saja dan dalam keadaan sehat walafiat. Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih,” tulis Suwarno.

Cahyo, jejaring solidaritas dari Puputan Pakel Committee, menjelaskan alasan memilih cara berbalas surat kepada tiga petani Pakel di balik jeruji penjara. Pertama, cara berbalas surat itu terinspirasi dari pejuang Pakel terdahulu bernama Slamet.

Pada sekitar tahun 2000, Slamet dipenjara karena memperjuangkan tanah Desa Pakel dari perampasan yang dilakukan PT Bumi Sari. Waktu itu, Slamet juga mendapat surat dari kawannya bernama Syamsul. Surat itu sebagai bentuk solidaritas dan penguatan terhadap para petani Pakel yang dipenjara karena memperjuangkan hak atas tanahnya.

“Salah satunya ada arsipnya Pak Slamet tentang surat menyurat. Nah itu menjadi hal yang menarik bagi kami untuk mengajak kawan-kawan dengan mendukung secara surat menyurat dalam kondisi teknologi yang sudah berkembang. Tapi bagi kami, teknik kampanye ini menjadi sangat menarik dan itu menjadi interaksi,” ujar Cahyo kepada Kabar Trenggalek.

Cara berbalas surat juga dipilih, mengingat kondisi di Desa Pakel, jaringan teknologi kurang memadai. Sedangkan kampanye solidaritas di luar terus berjalan, tapi tidak diketahui oleh tiga petani Pakel di dalam penjara. Sehingga, surat solidaritas itu diharapkan bisa menjadi sarana komunikasi warga dengan tiga petani Pakel di dalam penjara.

“Terutama di dalam [penjara] ndak pegang HP, menghubungi susah, harus menyewa, sambungannya bisa dari surat menyurat itu,” ucap Cahyo.

Cahyo mengatakan, jejaring solidaritas Pakel tidak memberikan batas waktu cara berbalas surat ini dilakukan. Ke depannya, ketika ada surat masuk akan dikirimkan lagi ke tiga petani Pakel di penjara. Selain itu, berbalas surat bisa menjadi aktivitas tambahan di penjara sekaligus dukungan moral bahwa mereka tidak sendirian.

“Pada akhirnya, kita berharap selain penguatan dan keadaan-keadaan tertentu, kita berharapnya ini akan menjadi momen komunikasi solidaritas yang berkelanjutan, arsip, dan bisa menyemangati warga yang berada di dalam penjara,” tandas Cahyo.

Exit mobile version