Ritual Adat di Sumber Air Plancuran Desa Sumberbening, Warga Berdoa Tolak Tambang Emas Trenggalek

Ritual adat doa tolak tambang emas Trenggalek

Ritual adat di Sumber Air Plancuran untuk doa tolak tambang emas/Foto: Kabar Trenggalek

Kabar Trenggalek Perjuangan tolak tambang emas Trenggalek tidak hanya dilakukan melalui serangkaian aksi demonstrasi. Warga Trenggalek juga menyatukan perjuangan dengan kebudayaan lokal. Salah satunya ritual adat leluhur Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko, Trenggalek, Minggu (04/12/2022).

Ritual adat itu dilakukan di Sumber Air Plancuran, sebuah wilayah yang sakral bagi warga Desa Sumberbening. Sebab, Sumber Air Plancuran, merupakan tempat bersemayamnya leluhur Desa Sumberbening, yaitu Mbah Yai Tunggul Wulung Raden Bagus Panji Ulung dan Raden Ayu Sekar Melati.

Kedua leluhur itu menjadi sosok yang membabat alas di Desa Sumberbening, serta membuat Sumber Air Plancuran. Pesan dari leluhur yang selalu dijalankan warga Desa Sumberbening yaitu untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Tapi, jika ada orang yang menganggu ataupun merusak lingkungan, maka orang itu akan mendapatkan musibah.

Pada Minggu pagi, pukul 09.30 WIB, warga Sumberbening bersama Aliansi Rakyat Trenggalek, berangkat menuju Sumber Air Plancuran. Perjalanan dengan jalan kaki itu ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit dari pemukiman warga.

Mbah Karni membakar peralatan ritual adat di Sumber Air Plancuran/Foto: Kabar Trenggalek

Ritual adat leluhur itu dipimpin oleh juru kunci, Mbah Karni. Sesampainya di Sumber Air Plancuran, Mbah Karni menyiapkan beberapa peralatan seperti dedaunan yang diikat, rokok, menyan, dan bunga-bunga.

Mbah Karni duduk di atas batu sekitar Sumber Air Plancuran. Ia membakar peralatan itu. Setelah terbakar, Mbah Karni membacakan doa kepada leluhur Desa Sumberbening. Doa itu berisi permohonan bantuan dari leluhur kepada warga Trenggalek untuk menolak tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara (SMN).

“Kami minta bantuan kepada Mbah Yai Tunggul Wulung yang ada di Plancuran, bahwa yang akan menambang di daerah ini, semua ditolak. Saya mohon bantuan kepada Mbah Yai Tunggul Wulung Raden Bagus Panji Ulung, serta Raden Ayu Sekar Melati yang berada di Plancuran ini. Masyarakat Sumberbening semua tidak setuju jika ditambang,” ucap Mbah Karni.

Setelah Mbah Karni membacakan doa tolak tambang emas PT SMN, warga lainnya diminta untuk membasuh muka serta meminum air di Sumber Air Plancuran. Kemudian, warga kembali ke rumah.

Cerita Mistis Sumber Plancuran

Mbah Karni membasuh muka dan meminum air di Sumber Air Plancuran/Foto: Kabar Trenggalek

Sumber Air Plancuran memang menjadi tempat sakral bagi warga Desa Sumberbening serta warga Trenggalek lainnya. Bahkan, warga di luar Trenggalek juga mengenal Sumber Air Plancuran sebagai tempat yang sakral.

Berdasarkan cerita Mbah Karni, air di Sumber Air Plancuran tidak pernah berkurang debitnya meskipun di musim kemarau. Selain itu, warna air di Sumber Air Plancuran juga selalu bening.

Saat ini, air di Sumber Air Plancuran keluar dari selang. Tapi, Mbah Karni menuturkan, awalnya air itu keluar dari sebuah kendi. Dulu, ada orang yang memecahkan kendi tersebut. Kemudian, ketika perjalanan pulang, orang itu meninggal.

“Di wilayah Plancuran memang hanya untuk bertani di ladang. Tapi kalau Plancuran diganggu, maka tidak selamat orang itu,” tutur Mbah Karni.

Warga Sumberbening membasuh muka dan meminum air di Sumber Air Plancuran/Foto: Kabar Trenggalek

Menurut pengakuan Mbah Karni, berbagai warga dari luar Trenggalek juga sering mendatangi Sumber Air Plancuran. Ada warga dari Malang, Jombang, Ponorogo, dan daerah lainnya. Biasanya, mereka memohon keselamatan maupun kelancaran dalam mencapai tujuan hidupnya.

“Kalau orang lain dari tempat yang jauh, kalau minum airnya itu, punya keinginan apa saja, ya banyak yang terwujud. Tapi ketika sudah terwujud, orang yang minum air dan minta doa, perlu selamatan dengan cara apapun. Seperti sembelih ayam, sapi, atau kambing,” ujar Mbah Karni.

Mbah Karni merupakan juru kunci yang ditunjuk oleh keluarga penerus yang menjaga Sumber Air Plancuran. Mbah Karni merupakan juru kunci Sumber Air Plancuran generasi keenam. Ia ditunjuk sebagai juru kunci sejak tahun 1980.

“Adat ini tidak bisa ditinggal, saya tidak berani kalau meninggalkan adatnya yang sudah dari dulu. Kami sebagai generasi penerus, tugasnya menjaga lingkungan Desa Sumberbening ini,” tegas Mbah Karni.

Catatan Redaksi:

Berita ini diadukan oleh PT SMN serta telah dinilai Dewan Pers melanggar Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Pemberitaan Media Siber. Dewan Pers menilai, berita ini melanggar Pasal 1 dan 3 Kode Etik Jurnalistik, karena tidak berimbang, tidak uji informasi dan memuat opini yang menghakimi. Berita ini juga tidak sesuai dengan butir 2 huruf a dan b, Peraturan Dewan Pers Nomor 1/Peraturan-DP/III/2012 tentang Pedoman Pemberitaan Media Siber terkait verifikasi dan keberimbangan berita, bahwa setiap berita harus melalui verifikasi, serta berita yang merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.

Berikut tautan Hak Jawab dari PT SMN: Hak Jawab PT SMN terkait Berita Ritual Adat Desa Sumberbening

Exit mobile version