Dampak Penggunaan Internet dan Media Sosial yang Berlebihan pada Remaja

dampak-penggunaan-internet-dan-media-sosial-yang-berlebihan-pada-remaja

Ilustrasi. Dampak penggunaan internet dan media sosial yang berlebihan/Foto: Pexels

Dampak penggunaan internet dan media sosial yang berlebihan bagi anak-anak berusia 13 tahun sangat dipengaruhi oleh berbagai konten yang tersedia. Hal ini menimbulkan risiko karena anak-anak dalam rentang usia ini masih memiliki mentalitas yang tidak stabil dan jarang menyadari risiko yang terlibat.

Akibatnya, bukan hal yang aneh bagi banyak remaja akhir-akhir ini untuk menyakiti atau mencoba bunuh diri karena masalah pengawasan orang tua, serta pengaruh dari teman dan penggunaan media sosial. Anak dan remaja mengatakan bahwa secara tidak sengaja (dan sengaja) mereka sering memperoleh informasi mengenai kekerasan (melalui iklan game, melalui berita, melalui film yang muncul pada time line), pornografi (melalui iklan game, melalui berita, melalui film) dan ujaran kebencian (melalui postingan teman/keluarga/temannya teman yang masuk pada timeline mereka).

Selain itu, sifat media sosial yang publik dan konvergen juga menambah risiko yang lain. Sifat media sosial yang berpotensi publik, berisiko pada privasi anak dan remaja. Apalagi, kebanyakan anak dan remaja (juga orang tua) kurang memahami dengan baik informasi mengenai pengaturan privasi yang telah disediakan oleh platform media sosial.

Sementara sifat media sosial yang konvergen, membuat platform sosial media yang satu berhubungan dengan platform sosial media yang lain. Karakter ini menyebabkan aktifitas baru pada satu platform media sosial secara otomatis terjadi pada akun platform media sosial yang lain, tanpa disadari oleh anak dan remaja.

Anak-anak dan remaja umumnya sadar akan risiko negatif media sosial tersebut, namun se-bagian anak dan remaja menganggap media adalah kebutuhan pokok, sehingga akses anak dan remaja pada media sosial sebaiknya tidak dibatasi karena jika dibatasi akan menimbulkan rasa gelisah. Hal tersebut menggambarkan bahwa selain efek yang nyata seperti kekerasan dan porno-grafi, media sosial juga memiliki efek laten yang menyebabkan kecanduan yang mengen-yampingkan akal sehat anak, terutama remaja.

Masalah terbesar dengan media sosial dapat disimpulkan dengan menggunakan singkatan “TMI,” atau Terlalu Banyak Informasi, yang dikenal oleh anak-anak dan remaja. Ketika anak-anak dan remaja menggunakan media sosial untuk menghabiskan waktu selama waktu luang mereka, mereka secara tidak sengaja berbagi terlalu banyak informasi pribadi tentang diri mereka sendiri, yang dapat menyebabkan masalah seperti rentan terhadap cyberbullies.

Ini adalah hasil dari media sosial yang meningkatkan produksi dan frekuensi konten, terutama di domain yang jauh lebih pribadi dan dapat diakses secara luas. Penggunaan media sosial oleh anak-anak dan remaja sebagai cara untuk menghabiskan waktu memperburuk masalah ini dan bahkan dapat mengakibatkan kecanduan. Kemungkinan perilaku lain yang dikenal sebagai FOMO, atau “takut ketinggalan,” didorong oleh TMI ini.

FOMO ini mendorong anak dan remaja untuk terus mencari dan berbagi informasi dari internet melalui media sosial. Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap risiko predator online, pornografi, kekerasan, perundungan ma-ya, invasi privasi, dan pencurian identitas. Dampak negatif media sosial yang lain adalah menciptakan jarak antara anak dan keluarga.

Anak dan remaja menggunakan istilah: strategi dekat tetapi jauh, dan jauh tetapi dekat. Hal ini dapat digambarkan bagaimana anak dan remaja terlihat ada disekitar orang tua dan keluarga, namun secara intens menggunakan sosial media.

Sebaliknya, mereka justru mem-iliki relasi yang lebih dekat dengan teman-teman atau orang-orang di media sosial ketika ada dilingkungan privat/keluarga. Dampak negative sosial media yang lain adalah pada kesehatan anak dan remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan.

Peran Keluarga Dan Orang Tua Dalam Mengatasi Anak Dan Remaja Yang Kecanduan Media Sosial

Mayoritas orang tua menekankan pentingnya pemantauan media sosial. Tujuan dari kegiatan pengawasan adalah untuk menetapkan batas waktu pemakaian. Selain itu, orang tua dan remaja sama-sama berpendapat bahwa penggunaan media sosial harus disaring, terutama untuk anak-anak di bawah 13 tahun.

Industri, lembaga pendidikan, penegak hukum, lembaga keamanan, dan orang tua semuanya berpendapat bahwa peraturan yang mengatur penggunaan media sosial oleh anak-anak dan remaja harus ditegakkan oleh pemerintah.

Semua pihak yang terlibat, bagaimanapun, sepakat bahwa keluarga dan orang tua memainkan pengaruh terbesar pada bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan media sosial. Di media sosial, anak-anak dan remaja jarang berteman dengan orang tua mereka. Selain itu, mereka mengklaim bahwa orang tua mereka tidak tahu siapa mereka.

Kebayakan orang tua, misalnya, justru mengijinkan anak dan remaja untuk mengakses me-dia sosial pada hari Sabtu dan Minggu dengan anggapan pada hari-hari itu anak dan remaja tidak sekolah. Selain itu, orang tua dan pemangku kepentingan yang lain menekankan pada konten sebagai masalah utama di media sosial.

Orang tua dan pemangku kepentingan yang lain cenderung mengecilkan aktifitas anak dan remaja menggunakan media sosial sebagai pengisi waktu luang dan ‘kegiatan iseng’. Padahal, frekuensi penggunaan justru mendorong adiksi media sosial pada anak, sehingga anak lebih berpotensi untuk menghabiskan waktu di media sosial, membiarkan diri mereka secara tidak sadar terpapar, dan mencari kon-ten-konten yang berbahaya.

Kesimpulan

Penggunaan internet akan sangat berpengaruh terhadap remaja. Sebab, pengguna internet saat ini terus meningkat dan terus bertambah setiap harinya. Internet di kalangan peserta didik saat ini menjadi salah satu kebutuhan pokok, namun tidak semua para anak dan remaja menggunakan internet dengan baik dan benar serta banyak yang menyalahgunakan internet terutama di kalangan para remaja.

Untuk mengatasi pengaruh dari internet di antaranya menyaring informasi yang diterima oleh peserta didik karena informasi yang beredar di internet semakin banyak dan beragam maka membuat kita menyaring harus menyaring informasi-informasi agar mencegah masuknya informasi yang negatif yang tidak diinginkan dan dampak buruk lainnya. Setelah itu, jangan mudah percaya terhadap orang lain atau orang yang tidak kita kenal karena untuk menghindari dari orang yang berusaha melakukan pelecehan/penipuan terhadap kita.

Meskipun internet mempunyai dampak positif, tapi kita juga harus bisa selektif untuk bisa menggunakan internet untuk kebutuhan produktif. Bagaimanapun, akan ada dampak negatif yang ditimbulkan oleh internet jika kita tidak bijak dalam menggunakannya terutama ancaman hoaks yang beredar dengan cepat.

*Opini ini ditulis oleh Sanjung Rani Widya Mukti, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Catatan Redaksi:

Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com

Exit mobile version