Menguak Dampak Positif dan Negatif Permainan Mobile Legends terhadap Perilaku Remaja

menguak-dampak-positif-dan-negatif-permainan-mobile-legends-terhadap-perilaku-remaja

Ilustrasi. Dampak positif dan negatif permainan mobile legends/Foto: Pexels

Jenis-jenis game online yang sering kita dengar dari beberapa kalangan populer di Indonesia antara lain PUBG, Free Fire, dan banyak game lainnya yang dimainkan juga. Selain sebagai hiburan dan diminati oleh banyak orang, pemerintah juga telah membuat kebijakan untuk menjadikan game online sebagai kompetisi olahraga elektronik yang dikenal sebagai e-sport.

Beberapa jenis game online yang dijadikan e-sport antara lain Mobile Legends, Arena of Valor (AOV), PUBG, dan lain sebagainya. Saat ini, Mobile Legends menjadi salah satu game online terbaru yang paling populer. Game ini berbasis jaringan internet dan sangat populer di Indonesia dan negara lain pula.

Permainan daring Mobile Legends sebenarnya dapat memberikan pengaruh positif bagi remaja, seperti meningkatkan kemampuan interpersonal, kerjasama, dan berpikir kritis karena dalam permainannya kita dituntut untuk membuat strategi guna memenangkan pertandingan. Namun, di sisi lain, Mobile Legends juga dapat membawa pengaruh negatif bagi penggunanya, khususnya remaja yang masih menjadi pelajar, dengan hal-hal negatif ini mengarah pada perilaku sosial pada remaja.

Permainan ini disukai oleh berbagai kalangan karena berjenis Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) dan memiliki fitur-fitur menarik. Kerjasama tim yang baik sangat diperlukan dalam permainan ini. Biasanya di Indonesia remaja akan bermain mobile legend di tempat yang sama seperti tempat nongkrong, di kos, di tempat kopi dan tempat-tempat lainya dan dimainkan secara bersama-sama didalam satu tim, yang biasa kita sebut mabar (main bareng).

Di dalam permainan ini, pemain dibagi menjadi dua tim dengan lima pemain di setiap tim. Game ini memiliki tiga jalur di satu peta untuk melawan menara musuh, tiga area hutan, 18 menara pertahanan, dan dua bos. Untuk memenangkan permainan, sebagai pemain kita harus menghancurkan menara utama lawan.

Dalam permainan ini, pemain dapat memilih hero untuk melawan tim lawan dan menentukan anggota tim mereka sendiri untuk merancang strategi yang terorganisir. Selain itu, pemain memiliki kemampuan untuk membentuk grup atau squad dengan teman-teman pilihan kita, yang dapat bersaing dalam kompetisi game baik di tingkat internasional maupun lokal.

Akhir-akhir ini, sering kita juga menemukan bahwa banyak remaja melontarkan kata-kata toxic saat bermain game online Mobile Legends. Perilaku toxic ini sering muncul ketika ada pemain dalam tim yang bermain sangat buruk, melakukan feeder, afk, atau ketika ada perbedaan negara, suku, dan agama.

Perilaku toxic biasanya berupa ejekan atau olokan terhadap pemain yang bermain buruk atau karena perbedaan tersebut, baik itu mengejek cara bermain, mengeluarkan kata-kata kotor, bahkan hingga mengejek keluarga, agama, dan negara pemain lain.

Pemain yang sering mengeluarkan kata-kata toxic tersebut biasanya melalui fitur chat yang tersedia dalam aplikasi atau melalui sambungan suara antar pemain. Perilaku toxic ini bisa terjadi karena keegoisan atau kurangnya pemahaman pemain tentang dampak negatif dari perilaku mereka terhadap pemain lawan atau rekan satu tim.

Dampak lain dari permianan ini yaitu kecanduan. Mereka yang sudah menjadi pecandu berat berpendapat bahwa game online Mobile Legends mampu memberikan kesenangan, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain Mobile Legends secara terus-menerus, dan jika terlalu banyak waktu dihabiskan untuk bermain game online, hal ini dapat mengganggu sekolah, kegiatan pembelajaran, dan kehidupan sosial di dunia nyata.

Bagi seorang pecandu, Mobile Legends merupakan sebuah media yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka, karena mereka menganggap game online sebagai bagian dari hidup mereka. Jika sudah kecanduan juga dapat mempengaruhi pola tidur yang tidak teratur, pola makan yang tidak seimbang, dan menurunkan interaksi sosial.

Kecanduan bermain game terjadi karena psikis mereka terpengaruh untuk terus bermain hingga menang. Seringkali, remaja menjadi terobsesi dengan game online sehingga melupakan lingkungan sekitar, membuat mereka lebih sensitif dan mudah marah.

Namun, dampak yang buruk tersebut bisa diperbaiki sehingga tidak menyebabkan sampai tahap kecanduan dari permaianan mobile legend tersebut. Sebagai seseorang yang peduli terhadap sesama manusia lain, jika kita menemui seseorang yang sudah sedikit terlihat emosional dan kurang berperilaku baik akibat permianan tersebut seperti berkata kotor, dan acuh tak acuh kepada orang orang disekitarnya di dunia nyata, kita bisa menasehati mengenai dampak buruk jika tidak bisa mengontrol diri dalam bermain permianan mobile legend kepada mereka.

Orang tua juga bisa menjadi salah satu support system baik bagi anak mereka. Jika anak mereka terlihat mahir bermian game tersebut, sebagai orang tua juga harus support anaknya untuk mendalami permaianan tersebut dengan tetap adanya kontrol baik dari orang tua, maupun diri anaknya tersebut, agar bakat dari bermain tersebut dapat dijadikan sebuah ajang olahraga elektronik atau E-sport yang bisa dijadikan sebagai salah satu prestasi dari anak tersebut.

Dari apa yang kita lihat saat ini memang banyak dan marak di kalangan remaja yang senang bermain game online, terutama game mobile legend. Banyak orang dari berbagai kalangan yang memainkan permianan tersebut. Ada dampak positif dan juga ada dampak negatif dari bermain permianan mobile legend.

Dampak positif yang bisa di dapat dari permianan tersebut yakni melatih kerjasama yang baik di dalam tim, melatih ketangkasan otak dan melatih pemikiran untuk menyusun strategi yang baik dan terstruktur. Selain damapak positif yang didapat juga ada dampak buruknya, mulai dari kurangnya interaksi sosial di dunia nyata, perilaku yang negative dan emosi yang tidak stabil apalagi bagi yang sudah kecanduan game tersebut.

*Opini ini ditulis oleh Irma Cahyaningrum, mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Catatan Redaksi:

Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com

Exit mobile version