Perjuangkan Ruang Hidup, Warga Pakel Banyuwangi Hadapi Teror dan Intimidasi

perjuangkan-ruang-hidup-warga-pakel-banyuwangi-hadapi-teror

Warga Pakel yang tergabung dalam Rukun Rani Sumberejo Pakel (RTSP) tengah memperbaiki pondasi mushola yang terbakar/Foto: Arsip RTSP

Warga Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, yang tengah perjuangkan ruang hidup itu lagi-lagi mendapatkan teror dan intimidasi dari oknum yang tak dikenal. Tindakan itu berupa pembakaran mushola, dapur umum, gubuk, juga perusakan tanaman warga di beberapa titik pendudukan. Tak hanya itu, selebaran berisi ujaran kebencian ditemukan warga di beberapa lokasi, Selasa (30/01/2024).

Pembakaran mushola, dapur umum, dan gubuk itu pertama kali diketahui oleh Muhammad Hadis, salah satu warga Pakel Banyuwangi. Ia menceritakan kronologi terbakarnya mushola dan dapur milik Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP).

“Waktu itu setelah subuh, saya mau ambil ramban untuk pakan kambing, nah itu mushola sama dapur sudah dilalap api. Saya sama Pak Rini langsung ambil air untuk mematikan api,” tutur Hadis.

Tak berhenti di situ, seusai mengabarkan pembakaran mushola dan dapur kepada warga yang lain, ia lantas memeriksa sekitar. Hadis mendapati beberapa tanaman milik warga rusak.

“Saya periksa ke atas, ternyata jagung-jagung banyak yang diinjak-injak, banyak yang roboh. Lahan warga juga ada yang ditebang pohon kopi dan duriannya. Lalu pas pulang saya dengar ada pondok [gubug] warga yang dibakar juga,” terang Hadis.

Laki-laki yang tergabung dalam RTSP itu merasa bahwa tindakan pembakaran yang dilakukan ini merupakan upaya untuk menakut-nakuti petani.

“Tapi kami ya ndak takut, ya tambah semangat. Saya mengajak teman-teman [warga RTSP] untuk yasinan lebih rutin lagi,” papar Hadis.

Sementara itu, Harun selaku ketua RTSP mengungkapkan bahwa pihaknya belum mengetahui siapa dalang dibalik pembakaran dan perusakan ini.

“Sepertinya ada sentimen atau iri dengan warga RTSP, dengan adanya selebaran yang menjelek-jelekkan rukun tani, memfitnah rukun tani, mungkin ada kaitannya dengan situ. Cuman untuk memastikan dari pihak mana [yang melakukan pembakaran dan perusakan] itu saya masih belum tau,” kata Harun. Ia juga mengungkapkan bahwa kejadian seperti ini adalah bentuk teror dan intimidasi pihak tertentu.

“Menurut saya kejadian seperti ini ya teror dan intimidasi. Untuk tujuannya sendiri belum tau ya. Biasanya kalau perkebunan untuk menakut-nakuti warga menggunakan pihak aparat, kalo ini kan bukan. Kayaknya semacam orang sewaan cuma untuk neror, untuk nakut-nakutin aja,” imbuh Harun.

Warga Pakel yang tergabung dalam RTSP memang tengah berkonflik dengan perkebunan swasta, PT Bumisari. Pasalnya, PT Bumi Sari mengklaim tanah yang termasuk dalam akta 1929 milik warga Pakel. Kemudian, warga Pakel melakukan aksi pendudukan lahan kembali (reclaiming) di lahan mereka yang selama ini dirampas oleh PT Bumi Sari.

Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup Jawa Timur (Walhi Jatim), perjuangan warga Pakel sudah dimulai sejak era kolonial Belanda hingga masa sekarang, itu sering dihadapkan dengan moncong senjata aparat negara. Sejak dahulu, warga Pakel selalu mendapatkan berbagai intimidasi dan tindak kekerasan oleh aparat negara.

“Sebetulnya warga ya emosi, cuma ya saya harap warga jangan terburu-buru mengambil tindakan karena ini kan pelakunya orang yang nggak dikenal. Artinya kita nggak tahu siapa pelakunya. Namanya perjuangan seperti ini, kita tidak perlu memakai kekerasan,” tutur Harun saat dikonfirmasi kabartrenggalek.com.

Namun teror dan intimidasi seperti ini tidak sedikitpun menyurutkan semangat perjuangan warga Pakel dalam memperjuangkan ruang hidupnya.

“Warga [RTSP] kalau ada kejadian seperti ini justru membuat semakin semangat. Seperti tadi malam, saya ke posko malah lebih ramai dari yang sebelumnya, yang datang ratusan orang ke posko itu. Kalau nanti sampai terjadi pembakaran lagi ayo kita benahi lagi,” tandas Harun.

Exit mobile version