Kokam dan Banser Kawal Diskusi Fatia – Haris Azhar Tolak Tambang Emas Trenggalek

kokam dan banser kawal festival keadilan trenggalek

Banser Trenggalek dan Kokam dan Kokam Trenggalek kawal Festival Keadilan Trenggalek/Foto: Beni Kusuma (Kabar Trenggalek)

Tambang emas oleh PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) dan investornya Far East Gold (FEG), berpotensi mengancaman alam di Kabupaten Trenggalek. Oleh karena itu, setiap organisasi masyarakat (ormas) saling bahu-membahu tanpa pandang perbedaan.

Hal itu ditunjukan Komando Kesiapsiagan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Trenggalek dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Trenggalek. Kokam dan Banser kawal diskusi Fatia – Haris Azhar tolak tambang emas Trenggalek.

Diskusi publik dalam Festival Keadilan itu adalah salah satu rangkaian roadshow Social Movement Institute (MSI) Yogyakarta. Trenggalek jadi salah satu tujuannya karena tengah terancam oleh tambang emas terbesar di Pulau Jawa seluas 12.813,41 hektare.

Muhammad Izzuddin Zakki (Gus Zaki), Ketua Ansor Trenggalek, mengungkapkan kolaborasi Banser dan Kokam menunjukan masalah lingkungan ini jauh lebih besar dari sekedar ego sektoral, sentimen organisasi, dan lain-lain.

“Dan ini harusnya sudah harus dianggap wajar bahwa yang menyangkut hal besar seperti humanisme dan ekologi satu untuk mengwal itu semua,” ujar Gus Zaki.

Gus Zaki menegaskan, perbedaan atribut organisasi tidak boleh jadi penghalang kolaborasi pengawalan penolakan tambang emas di Trenggalek. Setiap organisasi harus saling menguatkan pergerakan.

“Kami selalu akan tetap berkomitmen menjadikan sahabat-sahabat kita di Kokam, bahkan lintas agama, lintas iman, lintas organisasi. Bahwa menjaga ekologi, menjaga lingkungan, menjaga humanisme itu lebih dari segalanya,” tandasnya.

Kekompakan Kokam dan Banser kawal diskusi Fatia – Haris Azhar tolak tambang emas/Foto: Dokumen ART

Hal senada juga disampaikan Soeripto anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek. Ia menyerukan agar semangat kolaborasi ini ditularkan ke daerah-daerah lain.

“Keterlibatan Kokam bersama Banser dalam kegiatan ini merupakan keharusan yang harus dirawat kebersamaannnya. Bahkan diperluas dengan kekuatan CSO [Civil Society Organization] lainnya untuk mempertahankan kelestarian dan kedaulatan ekologi kita,” ujar Soeripto.

Soeripto mengatakan, kolaborasi Kokam dan Banser yang notabennya di bawah naungan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) ini memiliki semangat spiritual bersama.

“Kedua organisasi keagamaan berada di bawah naungan Muhammadiyah dan NU tersebut memiliki tanggung jawab spiritual-teologis untuk menjaga lingkungan [hifdzul bi’ah] dari ancaman industri ekstraktif di Trenggalek,” tandas Soeripto.

Exit mobile version