Harga Cabai Anjlok, Petani Desa Dawuhan Trenggalek Tak Rasakan Rugi

Harga Cabai Anjlok, Petani Desa Dawuhan Trenggalek Tak Rasakan Rugi

Istri Sukono sedang memanen cabai di lahan sawahnya/Foto: Kabar Trenggalek

Kabar Trenggalek Saat harga cabai anjlok, petani di Desa Dawuhan, Kecamatan Trenggalek, justru tak merasakan kerugian. Hal ini disampaikan oleh Sukono, Salah satu petani di Desa Dawuhan Trenggalek. Saat ditemui, Sukono sedang memanen cabainya di sawah bersama istrinya, Kamis (02/09).

Sukono mengaku, dia sudah menekuni pekerjaan petani cabai sejak enam tahun silam. Kata Sukono, ia mendapatkan keuntungan ketika harga cabai naik. Namun, lanjutnya, saat harga cabai anjlok ia tidak untung juga tidak rugi. Berkaitan dengan hal ini, Sukono memberi penjelasan.

“Karena saya tidak menanam cabai satu musim saja, namun saya memakai dua musim tanam cabai. Dan hasilnya saya rasakan,” ungkap Sukono saat ditemui di lahan sawah cabainya.

Sukono juga menghitung, kalau menanam cabai di tanah sendiri hanya tenaga saja yang dikorbankan. Hal tersebut sudah dianggap biasa oleh Sukono.

“Kalau harga sekarang delapan ribu, pasti tidak akan stagnan di harga itu. Kalau petani cabai secara konsisten dan cara merawatnya cukup pasti, hasil dari panennya juga melimpah,” terang Sukono.

Sukono menjelaskan, pada tahun 2020, ia mampu panen cabai kurang lebih empat ton. Luasan lahan saat panen itu adalah setengah hektare.

“Panen alhamdulilah melimpah. Menanam cabai itu tidak ada rahasinya. Namun identifikasi tanaman sebelum diserang penyakit, jangan sudah diserang penyakit,” jelas Sukono.

Seukono mengungkapkan, hasil panen cabainya mampu membiayai anaknya kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Cabai yang Sukono panen tersebut berjenis cabai hibrida.

“Hibrida itu lebih cepat panennya. Cuman dua bulan, cabai sudah berbuah,” ujar Sukono.

Exit mobile version