Kendati demikian, sejarah hidup tanpa anak ada yang mengait-ngaitkan dengan pandangan aliran keagamaan. Seperti yang dilansir dari jurnal “Chapter 18.—Of the Symbol of the Breast, and of the Shameful Mysteries of the Manichæans”.
St. Agustine yang merupakan seorang filsuf dan teolog Kristen awal yang tulisannya mempengaruhi perkembangan Kekristenan Barat dan filsafat Barat. Yang kemudian memilih untuk hidup dalam aliran keagamaan Maniisme.
Dalam ajaran pandangan tersebut, ia percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap tidak bermoral. Karena mereka menganggap bahwa manusia adalah jiwa yang terjebak dalam alam dunia yang tidak sempurna dan melahirkan seorang anak sama saja menjebak seseorang dalam jebakan dunia ini.
Childfree di Indonesia
Di Indonesia, sudah ada wanita yang menulis tentang hidup tanpa anak, ia bernama Victoria Tunggono dengan bukunya yang berjudul “Childfree and Happy”.
Victoria menjelaskan, pilihan seorang untuk hidup tanpa anak sangat sulit diterapkan di Indonesia. Karena tradisi dan kebudayaan yang sudah mengakar di masyarakat menentang adanya childfree, terutama budaya patriarki.
Budaya ini membuat wanita menjadi kelas kedua dalam tatanan masyarakat. Sehingga, menyebabkan diskriminasi dan ketimpangan dalam memilih pilihan hidup-seperti memilih untuk memiliki anak atau tidak. Sehingga, mau tidak mau wanita di Indonesia ditekan untuk menghasilkan keturunan meskipun tidak berkeinginan.
Dalam pengamatan Victoria yang diungkapkan dalam bukunya, sebenanrnya banyak orang tua yang sebenarnya tidak memilih untuk memiliki anak karena pengalaman buruk di masa kecil dengan orang tuanya.
Kendati demikian, sudah banyak artis tanah air yang sudah menerapkan Childfree. Seperti Cinta Laura, Leony Vitria, Rina Nose, Anya Dwinov, dan Gita Savitri.
Yang paling mencolok adalah Gita Savitri, karena influencer yang cukup berpengaruh di kalangan anak muda. Ia baru-baru ini menuai kontroversi karena secara terang-terangan ia dan suaminya Paul Andreas Partoap, memilih tidak memiliki anak dari pernikahannya.
Alasan untuk tidak memiliki anak, salah satunya adalah Gita merasa dirinya belum sanggup untuk memberikan kehidupan yang layak bagi calon anaknya kelak.
Keputusan orang dewasa untuk hidup bebas anak adalah hak mereka dan pastinya mereka memiliki pertimbangannya. Karena terkadang, setiap hal tidak berlaku sama bagi setiap orang. Sesuatu yang dianggap baik belum tentu juga baik bagi orang lain, termasuk keputusan untuk memiliki anak.
Sebagai masyarakat Indonesia dengan tradisi dan budayanya yang sudah mengakar di masyarakat, tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang dewasa yang ingin hidup bebas anak.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika sebuah tradisi dan budaya sering menjadi kontradiksi dan sebaiknya memang tidak mempermasalahkan itu. Sebab, yang seharusnya menjadi fokus adalah bagaimana setiap orang menghormati pendapat dan pilihan hidup masing-masing. Semoga bermanfaat.