Pada Minggu (01/01/2023), masyarakat Trenggalek digegerkan dengan temuan Kukang Jawa di Kecamatan Kampak. Temuan primata ini terbilang jarang, apalagi Kukang Jawa merupakan salah satu satwa yang dilindungi.
Bagi Anda yang penasaran dengan primata itu, maka Anda perlu mengenal Kukang Jawa. Kukang Jawa adalah primata Strepsirrhini. Spesies kukang asli menyebar di bagian barat dan tengah Pulau Jawa, Indonesia.
Sebaran kukang jawa terbatas di Pulau Jawa, seperti di dalam kawasan taman nasional cagar alam, atau suaka margasatwa. Berdasarkan data dari upaya penegakan hukum, informasi sebaran kukang jawa meluas hingga ke bagian timur jawa, Kediri.
Melansir dari keterangan resmi di laman Kukangku, Kukang Jawa sering disebut dengan beragam nama. Seperti, Muka, Malu-malu, Aeud, dan juga Oces. Secara internasional, kukang jawa yang memiliki nama latin Nycticebus javanicus (É. Geoffroy, 1812) disebut dengan Javan Slow Loris.
Kukang Jawa Ternyata Berbisa dan Mematikan
Kukang Jawa memiliki ciri-ciri panjang tubuh jantan dan betina dari kepal hingga pangkal ekor sekitar 280-320 mm, ekornya pendek dan melingkar, panjangnya hanya sekitar 10-20 mm. Berat tubuh kukang jantan dewasa hampir satu setengah kali dari berat betina dewasa. Berat tubuh betina dewasa lebih kurang 575 gram dan jantan sekitar 750 gram.
Rambut yang tumbuh di sekujur tubuh sangat lebat dan halus. Warna rambut kelabu keputih-putihan. Pada punggung terdapat garis cokelat melintang dari bagian belakang tubuh hingga dahi. Rambut sekitar telinga berwarna cokelat serta di sekitar mata juga berwarna cokelat membentuk bulatan sehingga menyerupai kacamata.
Kukang Jawa merupakan satwa nokturnal dan arboreal, yang biasanya dapat ditemukan di hutan sekunder, perkebunan, dan batas tertentu di dalam hutan primer. Meskipun bisa melintas pada ruang terbuka yang pendek melalui tanah, Kukang membutuhkan kanopi pepohonan yang saling terhubung. Karena adaptasi alat geraknya yang unik, makanan kukang sebagian besar merupakan getah kayu, nektar bunga, dan serangga, juga buah dengan komposisi yang sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Kukang biasa tidur sendirian. Akan tetapi, seringkali dalam unit sosial atau kelompok penggunaan ruang terdiri dari dua atau tiga individu. Kemudian, Kukang dalam grup bisa hingga enam individu, pada area vegetasi 2-30 m. Biasanya kukang ditemukan pada rerimbunan bambu atau di antara ranting-ranting, tapi bukan di lubang pohon.
Area jelajah Kukang sangat bergantung pada kondisi habitat, dari 3 hingga 30 ha. Meski kadang terlihat sendiri, kukang bisa saja ditemukan bersama pasangan sosialnya hingga bertiga, seperti pasangan induk dan bayi/remaja. Kukang bisa ditemukan hingga ketinggian 2.300 mdpl, meskipun jarang pada elevasi yang lebih tinggi.
Kukang tampak lemas pada elevasi tinggi. Kukang termasuk satwa berbisa. Bisa kukang efektif untuk melawan kukang lain serta ekto-parasit, dan dapat menyebabkan reaksi alergi anafilaksis atau kematian pada manusia.